"Memang masih dini, tetapi kami sangat gembira," kata Bryan Choi, ahli bedah saraf dan direktur Pusat Imunologi dan Imunoterapi Kanker Otak RS Massachusetts. "Kami berharap bisa memicu rasa optimis di sektor yang prognosanya suram."
Upaya memanfaatkan sistem kekebalan tubuh untuk mengatasi glioblastoma sebelumnya tidak membuahkan hasil, sehingga pasien tergantung pada obat yang sudah ada, radiasi dan kemoterapi yang sudah digunakan lebih dari 20 tahun dengan rata-rata tingkat keberhasilan minimum.
Terapi rumit ini berupa pengambilan sel T - sel darah putih dalam sistem kekebalan yang melindungi diri dari infeksi - milik pasien dan memodifikasinya secara genetik untuk mengenal dan menyerang sel tumor. Sel T yang sudah dimodifikasi ini kemudian dimasukan kembali ke tubuh pasien.
Pengobatan Baru
Hasil dari terapi yang dikenal dengan nama terapi CAR-T ini merevolusi pengobatan jenis limfoma, leukemia, dan myeloma. Pengobatan mujarab terahadap glioblatoma dan sebagian besar tumor keras masih belum ditemukan.
Marcela Maus, dari Pusat Kanker RS Umum Massachusetts selama bertahun-tahun meneliti terapi CAR-T baru yang mensasar sel kanker otak biasa dan membuat sel T berhubungan dengan molekul antibodi atau TEAMS, yang meningkatkan pembunuhan tumor.
Maus mengatakan obat itu disuntik langsung ke cairan yang berada di sekitar otak melalui Ommaya Reservoir. Alat yang berada di bawah kulit kepala, menjadi akses menuju cairan serebrosipal pasien. Sampel cairan itu kemudian dites untuk mencari biomarker kanker dan berpotensi memberi jalan lain untuk mengukur kemajuan tomor.
Pasien pertama yang menerima pengobatan itu mengalamgi penurunan tumor secara cepat dalam satu hari. Suntikan cairan pertama pada pasien kedua membuat tumornya mengecil 18,5% dalam dua hari, dan kemudian foto scan di hari ke 69 memperlihatkan ukuranya turun 60,7%. Pasien ketiga memperlihatkan regresi tumor hampir lengkap dalam lima hari.
"Kami cukup terkejut dengan respons dramatis tumor itu," kata Maus. Dia berencana melakukan uji coba apakah dampak itu bisa diperpanjang dengan memberi dosis kecil kemoterapi sebelum cairan dimasukkan ke dalam tubuh.
Sebanyak 21 pasien akan ikut dalam penelitian yang didanai oleh Gateway for Cancer Research. Penelitian ini bertujuan mengukur keamanan, tingkat toksititas dan kegiatan biologis pengobatan itu.
Studi ini mencatat ketiga pasien awal mengalami demam tinggi dalam 48 jam setelah cairan dimasukkan dan diobati secara bergantian dengan obat anti-radang anakinra.
Choi mengatakan hasil awal penggunaan sel CAR-T "generasi baru" ini mengidinkasikan pendekatan TEAMS bisa membantu mengatasi sejumlah halangan pengobatan efektif tumor solid.
Maus menjelaskan bahwa hasil studi ini bisa memicu industri farmasi kembali tertarik pada pengobatan kanker otak.
"Memang panjang sejarah kegagalannya sehingga mereka memandang hal ini sebagai langkah berisiko sangat tinggi," kata Maus.
"Meski ini hanya bisa kami lakukan pada beberapa pasien, saya hanya bisa berharap ada orang yang bisa melihat hal ini cukup menjanjikan sehingga mereka bisa membantu pengobatan untuk lebih banyak orang," ujarnya.
(bbn)