Khusus untuk Maret, atau bulan ini, median harga minyak dunia diproyeksikan berada di level US$82/barel. Hal ini terjadi sebagai imbas tensi geopolitik dan pembatasan pasokan oleh OPEC+ yang melambungkan harga walaupun pasokan minyak dari produsen non-OPEC+ mengalami peningkatan.
“Jadi tensi geopolitik dan pembatasan pasokan OPEC+ mendukung harga minyak agar tetap kuat walaupun ada pertumbuhan pasokan dari non-OPEC. Dengan demikian, harga saat ini masih berada di posisi sekitar US$80/barel hingga US$82/barel,” ujar Dwi di komisi VII DPR RI, Rabu (13/3/2024).
Dalam kaitan itu, skenario dasar (base case) Brent pada 2024 dengan kisaran US$70—US$90 per barel bisa terjadi bila permintaan meningkat, perekonomian China tumbuh, OPEC+ efektif mengelola pasokan, dan Rusia menurunkan pasokan.
Terakhir, Brent bisa turun di bawah US$70 per barel bila pertumbuhan ekonomi melambat, permintaan turun drastis, dan pasokan berlimpah.
Kalangan ekonom memperkirakan harga minyak dunia berada di rentang US$80—US$85 per barel hingga akhir semester I-2024, pada saat bahan bakar minyak (BBM) milik Pertamina diputuskan untuk tidak naik harga hingga Juni.
Faktor Sentimen
Kepala Ekonom Bank Permata Josua Pardede mengatakan perkiraaan itu telah memperhitungkan masih adanya faktor sentimen geopolitik, seperti potensi eskalasi konflik di Timur Tengah, hingga perang Rusia-Ukraina yang terus didera ketidakpastian.
"Kami melihat harga minyak mentah dunia ke depan berada di rentang US$80—US$85/barel, cenderung meningkat dibandingkan dengan harga akhir 2023 yang berada di bawah US$80/barel," ujarnya.
Josua mengatakan potensi naiknya harga minyak juga masih dimungkinkan, seiring dengan munculnya potensi kenaikan atau upside risk permintaan global. Permintaan minyak berpeluang meningkat sejalan dengan optimisme prtumbuhan ekonomi global yang lebih baik saat ini.
Meski demikian, dia juga mewanti-wanti pelemahan harga minyak bisaterjadi jika terdapat perlambatan ekonomi China, yang merupakan negara konsumen minyak terbesar kedua di dunia.
Senada dengan Josua, Direktur Eksekutif Center of Reform on Economics (Core) Mohammad Faisal pun memperkirakan harga minyak dunia masih relatif stabil rendah hingga semester perdana tahun ini. Faisal memperkirakan harga minyak bakal berada di kisaran US$75—US$80 per barel.
"Saya rasa tidak ada lonjakan yang tajam, kecuali ada eskalasi konflik yang betul-betul kita tidak bisa prediksikan. Namun, kalau tanpa ada konflik perang yang mengganggu, mestinya harga minyak itu cenderung stabil, bahkan ada potensi penurunan karena ekonomi global kan diprediksi melemah tahun ini," ujar dia.
Sebelumnya, pemerintah memutuskan untuk tidak menaikkan harga BBM hingga pertengahan tahun ini. Keputusan itu diambil berdasarkan hasil sidang paripurna Presiden Joko Widodo atau Jokowi bersama kabinetnya pada Senin (26/2/2024).
"Diputuskan dalam sidang kabinet paripurna tidak ada kenaikan [tarif] listrik, tidak ada kenaikan [harga] BBM sampai Juni [2024], baik itu yang subsidi maupun nonsubsidi," ujar Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto ihwal keputusan tersebut.
Akibat keputusan itu, pemerintah pun telah berencana menyiapkan anggaran untuk PT Pertamina (Persero) dan PLN sebagai bantalan, guna memastikan tidak ada kenaikan harga tersebut.
(dov/wdh)