Pada periode tersebut, emisi yang disebabkan pembangkit listrik mencapai 1,575 miliar metrik ton. Ini adalah rekor tertinggi selama Juni-Agustus sejak 2015.
Demikian terungkap dalam data lembaga riset Ember.
Penggunaan pendingin ruangan ditengarai menjadi penyebab lonjakan konsumsi listrik. Sepanjang 2015-2023, stok pendingin ruangan di China melonjak dari 531 juta menjadi 862 juta. China adalah pasar pendingin ruangan terbesar di dunia dalam lebih dari 1 dekade terakhir.
Mengutip kajian International Energy Agency (IEA), stok pendingin ruangan di China diperkirakan bisa mencapai 905 juta unit pada 2024, 1,13 miliar unit pada 2030, dan 1,4 juta unit pada 2050.
Sementara mayoritas listrik di China masih diproduksi dari pembakaran batu bara. Sekitar 60% pasokan listrik di China berasal dari pembangkit bertenaga batu bara.
Oleh karena itu, peningkatan permintaan listrik otomatis akan meningkatkan permintaan batu bara. Saat permintaan naik, harga pun mengikuti.
Analisis Teknikal
Secara teknikal dengan perspektif harian (daily time frame), batu bara memang masih bullish. Tercermin dari Relative Strength Index (RSI) yang sebesar 61,66. RSI di atas 50 menunjukkan suatu aset sedang dalam posisi bullish.
Sedangkan indikator Stochastic RSI berada di 58,67. Belum mencapai angka 80, yang menjadi sinyal jenuh beli (overbought), sehingga masih ada ruang untuk akumulasi.
Oleh karena itu, harga batu bara berpeluang kembali menguat. Target resisten terdekat adalah US$ 135/ton. Jika tertembus, maka US$ 136/ton bisa menjadi target selanjutnya.
Adapun target support terdekat adalah US$ 129/ton. Penembusan di titik ini bisa membawa harga batu bara turun menuju US$ 126/ton.
(aji)