Sementara inflasi tahunan (year-on-year/yoy) pada Februari tercatat 3,2%. Di atas Januari yang sebesar 3,1% dan ekspektasi pasar di angka yang sama.
Sedangkan inflasi inti secara tahunan pada Februari ada di 3,8%. Lebih rendah ketimbang Januari yang sebesar 3,9%, tetapi lebih tinggi dibandingkan perkiraan pasar yaitu 3,7%.
“Situasi bagi emas saat ini bisa dibilang win-win. Jika The Fed menurunkan suku bunga, maka dampaknya signifikan. Namun jika tidak, maka akan ada kekhawatiran soal inflasi dan ini bisa mendorong harga emas,” kata Bob Haberkorn, Senior Market Strategist di RJO Futures, seperti dikutip dari Bloomberg News.
Haberkorn menambahkan, kenaikan harga emas yang terjadi kemarin disebabkan oleh aksi borong usai harga turun hari sebelumnya.
Analisis Teknikal
Secara teknikal dengan perspektif harian (daily time frame), emas masih betah di zona bullish. Terlihat dari Relative Strength Index (RSI) yang sebesar 75,29. RSI di atas 50 menandakan suatu aset sedang dalam posisi bullish.
Namun, RSI di atas 70 juga menjadi sinyal bahwa sudah masuk area jenuh beli (overbought). Posisi overbought pun terkonfirmasi dengan Stochastic RSI yang sudah di atas 80, tepatnya di 84,79.
Oleh karena itu, kemungkinan fase koreksi harga emas belum selesai. Target support terdekat ada di US$ 2.150/ons. Jika tertembus, maka harga bisa jatuh menuju US$ 2.088/ons.
Sementara target resisten terdekat adalah US$ 2.175/ons. Penembusan di titik ini bisa membawa harga emas naik ke US$ 2.178/ons.
(aji)