Dua Alasan
Setidaknya terdapat dua alasan yang melandasi SKK Migas untuk memundurkan target tersebut. Pertama, LTP sudah terbentuk sejak 5 tahun lalu sejak 2019, sehingga perlu dilakukan peninjauan kembali. Kedua, adanya pandemi selama 2—3 tahun yang menghambat operasional lifting minyak.
“Selain itu pada 2023 proyek Forel [Bronang] mundur yang kita harapkan waktu itu berkontribusi 10.000—15.000 [bph] yang terpaksa mundur 2024,” ujarnya.
Namun, Dwi mengatakan SKK Migas belum mengumumkan secara resmi mengenai kemunduran tersebut, tetapi dipastikan bahwa target 1 juta barel bakal mundur selama 2—3 tahun.
Target Gas Tetap
Di lain sisi, Dwi mengatakan bahwa target salur gas 12 miliar standar kaki kubik per hari pada 2030 tidak mengalami perubahan.
“Untuk gas dengan Abadi di Blok Masela tetap kita dorong sesungguhnya sampai 2030, kita sudah dapat sekitar 11 [miliar standar kaki kubik per hari], tinggal nanti beberapa proyek kecil yang bisa dorong tetap 12 [miliar standar kaki kubik per hari] untuk 2030. Kita mungkin kalau gas lebih optimistis,” pungkasnya.
Adapun, kemunduran target 1 juta barel pada 2030 juga sejalan dengan penurunan target lifting minyak pada 2024.
Target lifting minyak sesuai Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) adalah 635 million barrel oil per day (MBOPD) target tersebut mengalami penurunan dari realisasi lifting minyak sebesar 605,5 MBOPD pada 2022.
Sementara itu, target salur gas adalah 5,785 million standard cubic feet per day (MMSCFD) pada 2024 atau mengalami peningkatan dibandingkan dengan realisasi salur gas 5.376 MMSCFD pada 2023.
(dov/wdh)