Logo Bloomberg Technoz

Terkait dengan tantangan untuk meningkatkan daya saing industri minuman, Merrijantij menekankan bahwa Kemenperin telah aktif mengikuti kegiatan promosi yang melibatkan produsen minuman kemasan baik di dalam maupun luar negeri, serta memastikan keamanan pangan melalui sertifikasi untuk industri kecil dan menengah.

Selain itu, lanjutnya, pemerintah mendukung pentingnya menjaga iklim usaha yang kondusif dengan kebijakan yang seperti menekan harga bahan baku untuk makanan dan minuman ringan, yang dapat berdampak pada pengendalian biaya produksi.

Ilustrasi minuman bersoda. (Image by Herbich from Pixabay)

Sementara itu, Asosiasi Industri Minuman Ringan (Asrim) memaparkan kinerja sektornya masih tidak kunjung pulih hingga 2023, setelah didera kemerosotan penjualan sebesar 45%—50% pada 2019—2020 atau semasa awal pandemi Covid-19.

Ketua Umum Asrim Triyono Prijosoesilo mengatakan, pada 2024 sekalipun, pemulihan industri minuman ringan masih akan tertatih; seiring dengan perubahan pola konsumsi terhadap produk mamin olahan.

“[Periode] 2022—2023 harapan kami pertumbuhannya tetap, tetapi ternyata juga ada tantangan. Dengan demikian, pada 2024 ini, dengan adanya beberapa momen penting seperti pilpres dan Lebaran, kami harapkan bisa menghadirkan peluang [untuk mengerek penjualan dan memulihkan kinerja industri minuman ringan],” ujarnya, Rabu (13/3/2024).

Dia menjelaskan selama ini pelaku industri minuman ringan juga sekaligus berbisnis makanan olahan. Pola bisnis tersebut menjadi ‘penyelamat’ kinerja sektor mamin nasional secara kumulatif.

Di industri minuman sendiri, kata Triyono, subsektor air minum dalam kemasan (AMDK) atau non alcoholic ready to drink (NARTD) menjadi penyumbang utama kinerja penjualan. AMDK tersebut meliputi minuman berkarbonasi, teh siap saji, jus dan sari buah, kopi dan susu, serta minuman berenergi atau isotonik.

Lebih lanjut, Triyono mengatakan tantangan utama pemulihan industri minuman ringan seusai pandemi adalah penanaman modal atau investasi yang stagnan selama 2022—2023. Pun demikian, dia menilai lesunya investasi di sektor tersebut hanya bersifat temporer. 

"Secara global ternyata juga ada tekanan pertumbuhan ekonomi, sehingga ini semua mendorong terjadinya situasi yang di mana akhirnya kinerja industri minuman seperti kami pun terdampak," jelasnya, tanpa mengelaborasi berapa realisasi investasi di sektor tersebut pascapandemi.

(prc/wdh)

No more pages