Batu bara, misalnya. Sempat anjlok, harga si batu hitam menjalani tren meningkat sejak pekan ketiga Februari.
Dalam sebulan terakhir, harga batu bara naik 8,42% secara point-to-point. Meski sepanjang tahun ini (year-to-date), harga masih minus 10,76%.
Kemudian harga CPO juga tengah menjalani tren positif. Dalam sepekan terakhir, harga komoditas ini naik 1,79%. Selama sebulan ke belakang, harga bertambah 5,22%.
Secara year-to-date, harga CPO melesat 11,31%.
Selain batu bara dan CPO, sejumlah komoditas lain juga menjadi kontributor utama dalam ekspor Indonesia. Misalnya bijih tembaga.
Sepanjang 2023, nilai ekspor bijih tembaga tercatat US$ 8,33 miliar. Turun 9,93% dibandingkan 2022.
Peran ekspor bijih tembaga terhadap total ekspor non-migas mencapai 3,43%.
Sepanjang 2023, harga tembaga di London Metal Exchange (LME) naik 2,23%. Tahun ini secara year-to-date, harga naik 1,14%.
Namun dalam sepekan terakhir, harga tembaga membukukan kenaikan hingga 3%.
Berikutnya ada nikel. Sepanjang 2023, ekspor nikel Indonesia bernilai US$ 6,81 miliar, melonjak 14,75% dibandingkan 2022.
Ekspor nikel menyumbang 2,8% dari total ekspor non-migas.
Sempat anjlok, harga nikel berhasil bangkit mulai awal bulan lalu. Kini, harga nikel sudah meroket 11,73% pada tahun ini.
Mengutip Bloomberg News, harga nikel kini berada di level tertinggi dalam lebih dari 4 bulan terakhir. Keterbatasan pasokan dari Indonesia dan ekspektasi terhadap peningkatan permintaan di China menjadi penyebabnya.
Proses perizinan berbagai operasi tambang di Indonesia berjalan lambat, yang dinilai akan mempengaruhi produksi nikel. Pada saat yang sama, China diperkirakan kembali masuk dan memborong nikel setelah tahun lalu menghabiskan stok dalam negeri.
“Investor sedang memilih nikel saat ini,” tegas Zhou Weigang, Analis Jinrui Futures Co.
(aji/hps)