Bloomberg Technoz, Jakarta - Saham PT Timah Tbk (TINS) merangsek jajaran top gainers di tengah potensi kelangkaan komoditas tersebut di pasar global.
Berdasarkan data Bloomberg, saham TINS melesat 105 poin atau setara dengan kenaikan 14,38% ke level Rp835/saham hingga pukul 9.50 WIB pada Sesi I, Rabu (13/3/2024).

Kenaikan itu terjadi usai sebanyak 116,7 juta saham diperdagangkan, menurut data Bursa Efek Indonesia. Nilai transaksi sebesar Rp94,2 miliar dengan frekuensi sebanyak 13.076 kali.
Saham TINS sejatinya dibuka stagnan pagi ini di level Rp730/saham, yang sama dengan penutupan perdagangan sebelumnya. Namun, tak lama berselang lama, harga merangkak naik hingga sempat menyentuh level tertinggi pada hari ini di Rp850/saham.
Pergerakan yang seperti itu dipicu adanya sentimen pasar timah global yang diperkirakan defisit 5.000 ton di tahun ini, dari sebelumnya mencatat surplus 6.000 ton di sepanjang tahun lalu.
Dari sisi permintaan, proyeksinya tahun ini juga diperkirakan meningkat, seiring dengan meningkatnya kebutuhan timah dari sektor semikonduktor dan teknologi, terutama untuk kebutuhan pengembangan kecerdasan buatan dan chip otomotif.
Selain itu, ketidakpastian dari Myanmar menambah pukulan lain setelah wilayah pertambangan utama di negara Myanmar tersebut, menaikkan pajak ekspor.
Negara bagian Wa, sebuah wilayah otonom di Myanmar, telah menerapkan pajak sebesar 30% untuk semua ekspor konsentrat timah mulai 7 Februari, menurut pemberitahuan dari Komite Perencanaan Ekonomi yang dilihat oleh Bloomberg.
Myanmar adalah produsen bijih timah terbesar ketiga di dunia, dan pungutan yang diperluas berarti industri termasuk pengolahan makanan dan semikonduktor akan menghadapi biaya yang lebih tinggi. Wilayah tersebut sekiranya menyumbang sepertiga dari pasokan logam China pada 2022, menurut Asosiasi Timah Internasional.
Kondisi itu akan mendorong harga timah akan terus naik, meski harga sudah merangkak naik saat ini.
(fad)