Data inflasi AS semalam sepertinya menghapus sentimen bullish yang telah melesatkan pasar pekan lalu terutama pasca pernyataan Jerome Powell, Gubernur Federal Reserve, di hadapan Kongres dan Senat AS, disusul rilis data tingkat pengangguran yang diumumkan di level tertinggi dalam dua tahun terakhir pada Jumat kemarin.
Inflasi AS yang masih keras kepala akhirnya memaksa pasar menurunkan ekspektasi penurunan bunga The Fed untuk full year tahun ini. Yaitu hanya menjadi 3,39 x 25 bps dibandingkan pekan lalu di mana ekspektasinya masih di angka 3,73 x 25 bps, mengacu pada CME Fedwatch.
"Penurunan ekspektasi pemangkasan bunga The Fed memicu aksi jual di pasar Treasury dalam 2 hari terakhir untuk tenor 2Y yang turun 9 bps menjadi 4.59%, tenor 10Y turun 7 bps menjadi 4.15%, dan 30Y turun 7 bps menjadi 4.31%," kata Fixed Income & Macro Strategist Lionel Priyadi dan Research Analyst Nanda P Rahmawati dari Mega Capital Sekuritas dalam catatannya pagi ini.
Sentimen bearish pasar global itu kemungkinan akan semakin memicu aksi jual di pasar domestik, terutama investor asing yang sebenarnya sudah getol melepas SBN sejak beberapa waktu terakhir. Buntut lanjutan, rupiah bisa ikut terseret melemah.
Lionel memperkirakan, yield SUN 10Y hari ini kemungkinan naik ke 6,65%-6,75%, sementara yield INDON tenor yang sama akan bergerak di 5%-5,1%. "Rupiah berpeluang terdepresiasi menuju rentang Rp15.600-15.700/US$ akibat potensi terjadinya aksi jual di pasar SBN, terutama oleh investor asing," kata Lionel.
Sepanjang tahun ini sampai data transaksi 7 Maret lalu, berdasarkan data Bank Indonesia, investor asing mencatat posisi jual (net sell) di SBN semakin besar mencapai Rp12,51 triliun. Sedangkan di pasar saham, asing masih mencetak net buy Rp17,88 triliun dan di SRBI sebesar Rp25,35 triliun.
Mengacu pada data Kementerian Keuangan RI, kepemilikan asing di SBN sampai 6 Maret lalu tinggal Rp830,23 triliun, terendah sejak akhir November 2023. Kepemilikan itu setara dengan 14,35% dari total SBN yang beredar di pasar sekunder sejauh ini.
Nilai tukar rupiah sampai pukul 09:47 WIB, berdasarkan data Bloomberg, bergerak menguat ke Rp15.575/US$ setelah dibuka lemah tadi pagi di Rp15.594/US$. Sedangkan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) dibuka di level rekor tertinggi baru di 7.420.
(rui)