Sentimen pada perdagangan hari ini utamanya datang dari global. Inflasi Indeks Harga Konsumen Amerika Serikat pada Februari mencatat angka yang melampaui perkiraan pasar, memperkuat kebijakan Bank Sentral (Federal Reserve/The Fed) untuk berhati-hati sebelum memutuskan memangkas suku bunga acuan.
Inflasi inti pada Februari, tercatat 0,4%, menguat dari Januari di angka 0,3%. Secara tahunan, inflasi inti AS pada bulan lalu tercatat 3,8%, lebih tinggi dibandingkan dengan prediksi pasar 3,7% meski melandai dari Januari di 3,9%.
Para ekonom menilai inflasi inti sebagai indikator yang lebih baik ketimbang inflasi IHK. Inflasi IHK tercatat di angka 3,2%, naik dari sebelumnya 3,1% pada Januari.
Seperti yang diwartakan Bloomberg News, selain rilis Indeks Harga Produsen yang akan datang, ini adalah laporan inflasi utama terakhir yang akan dilihat oleh The Fed sebelum pertemuan Rapat Komite Terbuka (Federal Open Market Committee/FOMC) pada 20 Maret nanti atau minggu depan.
Dengan data-data yang ada, para pembuat kebijakan diperkirakan akan tetap mempertahankan suku bunga acuan untuk pertemuan kelima berturut-turut, para pelaku pasar akan mencari petunjuk lanjutan ‘Kapan’ Bank Sentral akan mulai menurunkan biaya pinjaman.
"Sementara di pasar Asia mungkin merasa bingung dengan kombinasi data inflasi yang lebih tinggi dari perkiraan dan saham AS yang mencapai rekor tertinggi, saham Asia lebih mungkin mencerminkan optimisme dari Wall Street," kata Hebe Chen, Analis di IG Markets.
Namun demikian, laporan IHK "Tidak diragukan lagi akan mendorong The Fed untuk memilih ekstra berhati-hati dalam pertemuan pekan depan."
Inflasi di AS mengindikasikan masih belum bisa mengarah ke target 2% yang dicanangkan The Fed. Sebelumnya, Loretta Mester, Gubernur The Fed Cleveland, menilai data inflasi terbaru sepertinya membuat penurunan suku bunga acuan tidak bisa ditempuh dalam waktu dekat.
Di sisi lain, Tim Research Phillip Sekuritas memaparkan, optimisme investor semakin besar mengenai prospek penurunan suku bunga tahun ini setelah Bank Sentral Eropa (The European Central Bank/ECB) dan Bank Sentral AS (Federal Reserve) memberi indikasi bahwa penurunan suku bunga acuan dapat terjadi paruh kedua (Semester II-2024) tahun ini.
ECB mempertahankan suku bunga acuan selama empat bulan beruntun namun menurunkan proyeksi pertumbuhan ekonomi dan inflasi, sebuah sinyal positif dalam perang melawan inflasi.
“ECB merevisi ke bawah proyeksi pertumbuhan ekonomi di 2024 menjadi 0,6% dari proyeksi sebelumnya 0,8% ECB juga memberi gambaran yang lebih positif mengenai Inflasi dengan proyeksi untuk tahun ini diturunkan menjadi 2,3% dari 2,7%,” mengutip riset harian Tim Research Phillip Sekuritas.
Analis MNC Sekuritas Herditya Wicaksana memaparkan, IHSG menguat 0,11% ke 7.381 dan masih didominasi oleh munculnya volume pembelian, pergerakan IHSG pun mampu membentuk All Time High ke 7.416.
“Pada label hitam, posisi IHSG saat ini sedang membentuk wave iii dari wave (iii) sehingga IHSG masih berpeluang menguat untuk menguji 7.500-7.617,” papar Herditya dalam risetnya pada Rabu (13/3/2024).
Herditya juga memberikan catatan, Worst case di label merah, penguatannya akan cenderung terbatas ke 7.500 untuk membentuk wave (b) dari wave [iv] dan selanjutnya akan terkoreksi kembali ke area 7.238.
Bersamaan dengan risetnya, Herditya memberikan rekomendasi saham hari ini, AMRT, ARTO, ASII, dan JPFA.
Analis Phintraco Sekuritas juga memaparkan, IHSG rawan profit taking di Rabu (13/3) pasca membukukan All-Time-High di Jumat (8/3). Waspadai level 7.350 sebagai pivot level dan level psikologis 7.300 sebagai support level terdekat saat ini. Resistance diperkirakan berada pada kisaran 7.400-7.430.
“Sementara dari dalam negeri, data ekonomi terdekat yang berpotensi mempengaruhi IHSG adalah Neraca perdagangan Indonesia (NPI) yang dijadwalkan rilis pada akhir pekan ini (15/3),” tulisnya.
Melihat hal tersebut, Phintraco memberikan rangkuman rekomendasi saham hari ini meliputi pada saham AMRT, ACES, ICBP, INDF, BBRI dan JSMR.
(fad)