Logo Bloomberg Technoz

Inflasi Indeks Harga Konsumen (IHK) pada Februari juga tercatat naik 0,4% dari Januari. Lonjakan biaya bensin dikombinasikan dengan biaya tempat tinggal menyumbang 60% dari total kenaikan. Sedangkan inflasi kelompok makanan tidak berubah dari bulan sebelumnya.

Berdasarkan perhitungan tahunan, inflasi inti tercatat di angka 3,8%, menjadi angka terendah sejak Mei 2021 yang mencerminkan penurunan (deselerasi) yang stabil dari inflasi yang terlihat sejak semester kedua tahun lalu. Inflasi IHK tercatat naik di 3,2% sepanjang tahun ini hingga Februari, sedikit lebih cepat ketimbang Januari di angka 3,1%.

Data inflasi Februari itu semakin menguat skenario higher for longer bagi Federal Reserve tahun ini. Pelaku pasar menurunkan ekspektasi pivot kebijakan The Fed ke Juni atau Juli nanti. 

Pasar masih akan menanti data lanjutan yaitu inflasi harga produsen di mana bila angkanya lebih lunak, mungkin bisa membantu inflasi PCE lebih melegakan pasar. Di sisi lain, pasar Asia juga mencermati arah kebijakan Bank of Japan yang diprediksi akan mengakhiri rezim kebijakan bunga negatif. 

Analisis teknikal

Secara teknikal nilai rupiah berpotensi melemah pada perdagangan hari ini, dengan target kontraksi terdekat menuju Rp15.620-Rp15.650/US$. Level support terendah selanjutnya berpotensi tertahan di Rp15.680/US$.

Dalam jangka menengah, atau sepekan, rupiah masih ada potensi untuk membentuk tren Higher High, dengan terkonfirmasi break resistance indikator MA-100 dan MA-50 ke Rp15.550/US$, yang tercermin dari time frame daily dan menggaris chart dalam tren satu tahun ke belakang.

Jika rupiah memberi indikasi penguatan dalam perdagangan hari ini, resistance potensial selanjutnya dapat menuju Rp15.540/S$, sementara kisaran gerak rupiah dalam tren menguat ada di antara Rp15.510-Rp15.480/US$.

Analisis Teknikal Nilai Rupiah Rabu 13 Maret (Divisi Riset Bloomberg Technoz)

(rui)

No more pages