Logo Bloomberg Technoz

Sementara laju inflasi tahunan (year-on-year/yoy) pada Februari tercatat 3,2%. Di atas Januari yang sebesar 3,1% dan ekspektasi pasar di angka yang sama.

Sedangkan inflasi inti secara tahunan pada Februari ada di 3,8%. Lebih rendah ketimbang Januari yang sebesar 3,9%, tetapi lebih tinggi dibandingkan perkiraan pasar yaitu 3,7%.

Inflasi AS yang masih ‘panas’ membuat pasar sedikit ragu bahwa The Fed bisa menurunkan suku bunga acuan dalam waktu dekat. Ini tentu menjadi sentimen negatif bagi emas, yang berstatus aset tanpa imbal hasil (non-yielding asset).

“Jika data (inflasi) masih ‘panas’, maka akan menjadi sedikit masalah di pasar emas. Mungkin akan ada aksi jual jangka pendek,” tegas Jim Wyckoff, Analis Senior Kitco Metals, seperti dikutip dari Bloomberg News.

Analisis Teknikal

Secara teknikal dengan perspektif harian (daily time frame), emas masih menghuni zona bullish. Terlihat dari Relative Strength Index (RSI) yang sebesar 72,74. RSI di atas 50 menandakan suatu aset sedang dalam posisi bullish.

Namun, RSI di atas 70 juga menjadi tanda sudah masuk area jenuh beli (overbought). Posisi overbought pun terkonfirmasi dari Stochastic RSI yang berada di atas 80, tepatnya di 81,71.

Oleh karena itu, bukan tidak mungkin harga emas masih akan mengalami koreksi. Target support terdekat ada di US$ 2.135/ons. Jika tertembus, maka US$ 2.080/ons bisa menjadi target selanjutnya.

Target paling pesimistis atau support terjauh ada di US$ 2.030/ons.

Sementara target resisten terdekat adalah US$ 2.161/ons. Penembusan di titik ini bisa membawa harga emas naik menuju US$ 2.164/ons.

Target paling optimistis atau resisten terjauh adalah US$ 2.196/ons.

(aji)

No more pages