Dalam acara China Coal Import International Summit, Head of Coal Management Guangdong Energy Group Wu Wenbin mengungkapkan impor batu bara China diperkirakan berada di kisaran 450-500 juta metrik ton tahun ini. Pada 2023, impor batu bara China tercatat 474,42 juta metrik ton yang merupakan rekor tertinggi sepanjang sejarah.
Impor batu bara asal Indonesia, lanjut Wu, diperkirakan turun menjadi 200 juta metrik ton tahun ini. Pada 2023, Indonesia mengirim 222 juta metrik ton batu bara ke China.
Padahal, China adalah konsumen batu bara terbesar dunia. Konsumsi di China akan sangat mempengaruhi pembentukan harga. Saat konsumsi China stagnan atau malah turun, maka prospek harga batu bara akan ikut suram.
Analisis Teknikal
Secara teknikal dengan perspektif harian (daily time frame), batu bara masih menghuni zona bullish. Tercermin dari Relative Strength Index (RSI) yang sebesar 61,66. RSI di atas 50 menunjukkan suatu aset sedang berada di posisi bullish.
Sementara indikator Stochastic RSI berada di 58,67. Sudah tidak lagi jenuh beli (overbought) sehingga ada ruang untuk akumulasi.
Oleh karena itu, harga batu bara berpeluang bangkit setelah 4 hari terjepit. Target resisten terdekat adalah US$ 135/ton. Penembusan di titik ini bisa membawa harga batu bara naik lagi menuju US$ 136/ton.
Sedangkan target support terdekat adalah 130/ton. Jika tertembus, maka harga bisa turun ke arah US$ 126/ton.
(aji)