Logo Bloomberg Technoz

Daya Beli Lemah Tarif PPN Tetap Naik, Bukti Kebijakan Tak Bijak

Ruisa Khoiriyah
13 March 2024 07:30

Ilustrasi supermarket. (Dimas Ardian/Bloomberg)
Ilustrasi supermarket. (Dimas Ardian/Bloomberg)

Bloomberg Technoz, Jakarta - Pertumbuhan ekonomi Indonesia tahun lalu melambat salah satunya karena kelesuan kinerja konsumsi rumah tangga. Perlambatan ekonomi diperkirakan masih akan berlanjut tahun ini di tengah lonjakan harga pangan pokok seperti beras dan komoditas penting lain yang terlihat belum jinak sampai hari ini.

Kinerja ekspor yang diperkirakan masih akan melemah seiring berakhirnya bonanza komoditas global, ditambah arus investasi yang juga tertahan karena wait and see para pemodal pada periode transisi pemerintahan dan ketidakpastian global, menjadi variabel utama yang melambatkan roda ekonomi.

Konsumsi domestik terutama konsumsi rumah tangga seharusnya menjadi motor utama yang bisa diharapkan  mendorong pertumbuhan ekonomi Indonesia agar tetap bertahan. Akan tetapi konsumsi rumah tangga, yang mendominasi Produk Domestik Bruto (PDB) sebesar 53,18% pada 2023, tengah menghadapi ancaman perlambatan lebih lanjut akibat daya beli yang tergerus kenaikan harga beras, gula dan kebutuhan dapur lain. 

Sebentar lagi, pendorong utama pertumbuhan ekonomi itu juga akan menghadapi tantangan lebih besar dari rencana kenaikan Pajak Pertambahan Nilai (PPN) menjadi 12% mulai Januari tahun depan dan pembatasan konsumsi BBM bersubsidi melalui revisi Perpres Nomor 191 dalam waktu dekat.

Kinerja konsumsi rumah tangga tahun ini diperkirakan bisa semakin terperosok di bawah 4,3% dari tahun lalu yang tumbuh 4,82%, menurut perhitungan Centre of Economic and Law Studies (CELIOS), akibat kebijakan kenaikan PPN di tengah daya beli masyarakat yang sudah lesu saat ini.