Logo Bloomberg Technoz

Bloomberg Technoz, Jakarta - Pasar keuangan domestik masih tutup hari ini, Selasa (12/3/2024), untuk keperluan cuti bersama memperingati Hari Rata Nyepi. Hari ini juga bertepatan dengan hari pertama mayoritas umat Islam memulai ibadah bulan Ramadan. 

Libur dua hari di awal pekan memberikan waktu memadai bagi para pelaku pasar domestik untuk bersiap-siap ketika bursa modal mulai dibuka esok hari. Sejak akhir pekan lalu, ada begitu banyak data perekonomian yang menyetir pergerakan pasar global dan lazim mempengaruhi dinamika pasar domestik.

Nanti malam, akan ada rilis data penting yang ditunggu yaitu data inflasi Indeks Harga Konsumen (IHK) Amerika Serikat yang akan memberi petunjuk lebih terang prospek kebijakan bunga acuan Federal Reserve (The Fed). 

Bila pasar domestik dibuka hari ini, ada potensi pergerakan rupiah akan tertekan hari ini apabila melihat pada tren di kawasan emerging market dan pergerakan dolar AS. Indeks dolar AS semalam ditutup menguat pertama kalinya setelah enam hari perdagangan berturut-turut ditutup melemah. Indeks dolar AS bangkit dengan penguatan 0,15% di penutupan pasar kemarin dan hari ini mayoritas mata uang Asia tertekan melemah.

Baht Thailand memimpin pelemahan mata uang Asia pagi ini, tergerus 0,3%, disusul oleh won Korea Selatan yang juga melemah 0,18%, kemudian dolar Taiwan yang turun nilainya 0,14%. Valuta negeri jiran yakni ringgit dan peso juga melemah tipis masing-masing 0,04% dan 0,03%. Sedangkan dolar Singapura tergerus 0,03%.

Di Asia Timur lain, dolar Hong Kong dan yuan Hong Kong masing-masing melemah 0,01% dan 0,05%. Hanya rupee India dan dong Vietnam serta yuan China yang saat ini masih menguat. Itupun tipis, masing-masing 0,03% dan 0,01% serta 0,05%.

Di pasar offshore, kontrak nondeliverable forward (NDF) rupiah 1 bulan pada pukul 10.17 WIB, seperti ditunjukkan data Bloomberg, bergerak melemah ke kisaran Rp15.534/US$. Begitu juga NDF 1 minggu yang bergerak lebih lemah ke kisaran Rp15.514/US$.

Namun, perlu dicatat, level rupiah NDF itu masih lebih kuat dibandingkan level penutupan rupiah spot terakhir Jumat pekan lalu di Rp15.590/US$. Kurs tengah Bank Indonesia, JISDOR, juga ditutup masih di kisaran Rp15.603/US$. 

Beberapa analis asing memperkirakan rupiah berpotensi terperosok menuju Rp15.800/US$ pada kuartal II tahun ini tertekan kondisi neraca dagang yang mungkin berbalik defisit akibat lonjakan impor, yang terjadi bersamaan dengan jadwal pembayaran dividen para pemodal asing di bursa efek domestik.

"Dalam jangka pendek, rupiah cenderung melemah akibat kinerja impor yang lebih tinggi jelang Ramadan juga konversi nilai ekspor yang rendah akibat penguatan dolar AS," kata Strategist Bank of America Claudio Piron dalam catatannya pada klien, seperti dilansir Bloomberg News, Senin (11/3/2024).

Menurut Piron, situasi tekanan pada rupiah itu akan berlangsung dalam beberapa bulan ke depan. Korporasi dalam negeri yang sudah melaporkan kinerja tahunannya sudah berancang-ancang membayarkan dividen pada para pemegang saham.

Perhitungan Citigroup, nilai dividen yang dibagikan oleh korporasi di pasar saham domestik pada para investor asing mencapai US$2,4 miliar atau sekitar Rp37,3 triliun, dalam tiga bulan ke depan.

Akibat jadwal pembagian dividen, permintaan dolar AS di pasar akan melejit dan bisa memudarkan capaian penguatan rupiah sejauh ini, menurut Gordon Goh, Strategist Citigroup di Singapura.

(rui)

No more pages