Logo Bloomberg Technoz

Pada halving bulan depan, imbalan dijadwalkan turun menjadi 3,125 koin. Sebelumnya pada 2020 turun menjadi 6,25, pada 2016 12,5 Bitcoin. Pada pemangkasan perdana tahun 2012, pemotong dari 50 menjadi 25  Bitcoin per blok.

Bagi para penggila kripto, tentu mantra “hodl” kembali muncul dipermukaan. Kata yang  diambil dari “hold” namun salah eja, berarti dorongan kepercayaan bahwa kripto masih memiliki prospek jangka panjang. Itu yang terjadi saat ini.

Pertanyaan paling mendasar untuk investor awam, apakah kini waktu yang tepat untuk masuk ke Bitcoin?

Setelah mencapai palung terendahnya pada 2019, harga Bitcoin telah kembali. Di mulai pada tahun pertama pandemi Covid-19 namun kembali terkapar pada musim semi tahun 2021. Pada tahun yang sama terjadi rebound, namun ‘badai’ FTX satu tahun setelahnya membuat harga Bitcoin kembali terhempas.

Memasuki awal tahun yang baru, gelombang reli harga terjadi lewat persetujuan instrumen investasi di bursa tradisional yang mengaitkan Bitcoin, ETF Spot. Komisi Sekuritas dan Bursa (SEC) Amerika mengizinkan banyak lembaga keuangan kakap, termasuk  BlackRock, Invesco, dan Fidelity, untuk menawarkan dana investasi Bitcoin kepada konsumen. 

Beberapa advisor mengambil nada yang sedikit lebih optimis ketika investor ritel mempertimbangkan apakah mata uang kripto termasuk dalam portofolio mereka. Hasilnya dorongan dana bersih masuk ke pasar terus menggunung. Data Bloomberg mencatat lebih dari US$9 miliar (sekitar Rp140,4 triliun).

Douglas Boneparth, presiden Bone Fide Wealth di New York, merasakan kepercayaan pasar yang lebih besar karena keterlibatan institusional dalam ETF spot, yang dirancang untuk melacak harga Bitcoin tetapi tidak mengharuskan investor perorangan untuk memegang token itu sendiri.

Ia cukup nyaman dengan mengalokasikan 5%-10% dana investasi ke aset digital. Pasalnya tren reli Bitcoin kali ini dipandangnya berbeda. Manajer investasi, para penasihat keuangan, dan peneliti juga seolah mulai berubah usai melihat hasil jutaan dolar dari Bitcoin, termasuk pada ritel dan trader di Wall Street.

Joseph Boughan, seorang perencana keuangan di Parkmount Financial Partners menambahkan dia tetap membatasi realokasi portofolio maksimal 5% untuk mata uang kripto, tidak lebih. Ia khawatir bahwa momentum harga kali ini lebih banyak dipicu faktor  fear of missing out (FOMO).

FOMO menyebabkan investor membeli hanya karena harga tinggi, dan bukan sebagai bagian dari strategi yang direncanakan. Boughan telah melihat klien yang berhasil dengan sangat baik ketika mereka mengalokasikan sebanyak 5%, tetapi juga melihat mereka melakukannya dengan buruk. Tujuannya adalah menetapkan ekspektasi tentang volatilitas Bitcoin sebelum memulai. 

Kecenderungan volatilitas makin bertambah, dimana hasil penelitian Morningstar menyatakan bahwa menambahkan 2% Bitcoin ke dalam portofolio hipotetis 60/40 tanpa biaya akan mengubah profil pengembaliannya hampir sama dengan menambahkan 10% saham di saham. Menambahkan 5% menghasilkan profil risiko yang lebih mirip dengan portofolio yang terdiri dari 90% saham dan 10% obligasi. 

Bagi Anda yang “hanya bermain-main dengan Bitcoin” mungkin akan menambahkan lebih banyak volatilitas daripada yang diharapkan pada portofolio, kata Bryan Armour, direktur riset  Morningstar.

Sisi positif dari volatilitas tersebut bisa jadi sangat bagus, tetapi bisa jadi menyakitkan bagi mereka yang harus menarik diri saat terjadi penurunan. 

Walhasil, Peter Mladina, direktur eksekutif riset portofolio Northern Trust Wealth Management tetap berpandangan moderat saat melihat pola realokasi investasi sebagian ke kripto. “Orang-orang di pasar yang kompetitif memperdagangkannya dan mereka melihat nilai di dalamnya karena satu dan lain hal, jadi kita harus menghormati.”

Meski begitu Northern Trust tidak dalam posisi memberi rekomendasi karena Bitcoin tetap saja  tidak sepenuhnya memenuhi kriteria yang membuat sesuatu menjadi mata uang. Volatilitas Bitcoin membuatnya menjadi penyimpan nilai yang buruk. Dalam kapasitas menambahkan aset dalam jumlah kecil masih “mungkin bagi sebagian orang”.

Saran terakhir, Anda bisa saja masuk di tengah momentum bullish Bitcoin namun tidak boleh abai adanya pembelikan tren. Mencoba diversifikasi ke altcoin saat narasi dan prospek teknologi blockchain semakin menjanjikan, menjadi salah satu pilihan, kata riset analis Ajaib Kripto, Panji Yudha.

"Adapun, trader sangat dianjurkan gunakan stop-loss dan take profit order untuk mengunci keuntungan dan  membatasi kerugian jika terjadi pembalikan tren," papar dia.

- Dengan asistensi Charlie Wells.

(wep)

No more pages