Namun, RSI di atas 70 juga berarti sudah tergolong jenuh beli (overbought). Posisi overbought terkonfirmasi pula dari indikator Stochastic RSI yang berada di 95,42, sudah di atas 80.
Oleh karena itu, harga emas akan selalu dihantui risiko koreksi. Target support terdekat adalah US$ 2.169/ons. Jika tertembus, maka US$ 2.123/ons bisa menjadi target berikutnya.
Sementara target resisten terdekat adalah US$ 2.182/ons. Penembusan di titik ini bisa membawa harga emas naik menuju US$ 2.191/ons.
Pengangguran Naik
Lonjakan harga emas terjadi setelah rilis data ketenagakerjaan di Amerika Serikat (AS) akhir pekan lalu. Pada Februari, ekonomi Negeri Paman Sam mencetak 275.000 lapangan kerja non-pertanian (non-farm payroll). Angka ini memang masih di atas konsensus pasar dengan perkiraan 200.000.
Namun, tingkat pengangguran meningkat dari 3,7% menjadi 3,9%. Tingkat pengangguran Februari menjadi yang tertinggi dalam 2 tahun terakhir.
“Meski non-farm payroll bertambah dengan solid, tetapi detil lain dalam laporan ini menunjukkan pelemahan. Pasar tenaga kerja menyesuaikan diri dengan kebijakan moneter ketat dari bank sentral. Ini membuka peluang untuk penurunan suku bunga acuan pada pertengahan tahun,” kata Scott Anderson, Chief US Economist di BMO Capital Markets, seperti diwartakan Bloomberg News.
Emas adalah aset yang tidak memberikan imbal hasil (non-yielding asset). Dalam iklim suku bunga tinggi, memegang emas tidak menguntungkan. Namun sebaliknya, emas menjadi menguntungkan dalam kondisi suku bunga rendah.
(aji)