Dalam acara China Coal Import International Summit, Head of Coal Management Guangdong Energy Group Wu Wenbin mengungkapkan impor batu bara China diperkirakan berada di kisaran 450-500 juta metrik ton tahun ini. Pada 2023, impor batu bara China tercatat 474,42 juta metrik ton yang merupakan rekor tertinggi sepanjang sejarah.
Impor batu bara asal Indonesia, lanjut Wu, diperkirakan turun menjadi 200 juta metrik ton tahun ini. Pada 2023, Indonesia mengirim 222 juta metrik ton batu bara ke China.
Padahal, China adalah konsumen batu bara terbesar dunia. Konsumsi di China akan sangat mempengaruhi pembentukan harga. Saat konsumsi China stagnan atau malah turun, maka prospek harga batu bara akan ikut suram.
Analisis Teknikal
Secara teknikal dengan perspektif harian (daily time frame), batu bara masih berada di zona bullish. Terlihat dari Relative Strength Index (RSI) yang sebesar 78,41. RSI di atas 50 menandakan suatu aset sedang berada di posisi bullish.
Namun perlu diperhatikan bahwa indikator Stochastic RSI sudah menyentuh angka 100. Sudah maksimal, sudah sangat jenuh beli.
Oleh karena itu, ruang koreksi harga batu bara masih terbuka. Target support terdekat ada di US$ 128/ton. Jika tertembus, maka US$ 124/ton bisa menjadi target selanjutnya.
Sementara target resisten terdekat adalah US$ 136/ton. Penembusan di titik ini bisa membawa harga batu bara menuju US$ 140/ton.
(aji)