Logo Bloomberg Technoz

Bloomberg Technoz, Jakarta - Pengamat Penerbangan Gerry Soejatman menilai insiden tertidurnya pilot dan co-pilot pesawat Batik Air dalam penerbangan Kendari-Jakarta tak bisa hanya diselesaikan dengan pemberian sanksi. Menurut dia, ada masalah sistematis dan kompleks yang tak bisa selesai dengan menghukum maskapai dan para pengemudi pesawat.

Menurut dia, persoalan kelelahan atau pilot fatigue membutuhkan solusi kualitatif dan analisa. Pemberian sanksi kepada pelaku justru akan menutup proses pemeriksaan untuk menemukan penyebab utama kelelahan pilot.

"Jika memang masalah fatigue ini diakibatkan oleh kesengajaan atau keteledoran berdasarkan perilaku yang tidak bertanggung jawab oleh pilotnya, maka wajar bila diberikan sanksi disipliner," kata Gerry melalui akun pribadinya di platform X, Minggu (10/3/2024).

Akan tetapi, dia justru menilai persoalan juga bisa berada pada manajemen perusahaan terhadap pekerjanya. Hal ini terutama evaluasi pada overnight flight operations rute jarak pendek atau menengah.

Maskapai harus dipastikan melakukan pemeriksaan tentang efektifitas program Fatigue Risk Management System (FRMS); memberikan pola recommended rest sebelum dan setelah overnight flight bagi crew; serta feedback mengenai efektifitas FRMS. 

"[Perusahaan juga harus memeriksa] awareness atau kepatuhan crew dalam mengikuti pola istirahat sebelum dan sesudah flight sesuai FRMS bagaimana?" kata Gerry.

Demikian pula dengan corporate attitude terhadap masalah pilot fatigue. Apakah maskapai menerapkan sanksi kepada pilot yang minta diganti karena mengalami kelelahan?

Selain itu, apakah perusahaan menjalankan awareness campaign mengenai kesehatan atau kesiapan terbang pilot? Serta. Apakah Batik Air memberikan "Paternal Leave"(Cuti lahiran) bagi pilot pria yang istrinya baru melahirkan? 

"Jika tidak ada, sebaiknya diadakan, guna menurunkan resiko terkait pilot fatigue," ujar Gerry.

Komite Nasional Keselamatan Transportasi (KNKT) mengungkap insiden melencengnya jalur terbang pesawat Batik Air. Hal ini terjadi usai pilot dan co-pilot tertidur bersamaan sekitar 28 menit saat terbang menuju Jakarta.

Dalam laporan KNKT, co-pilot sempat mengatakan kurang istirahat karena belum sempat tidur usai menjaga anaknya yang baru lahir. Pilot sempat memberikan izin kepada rekannya untuk tidur selama 30 menit pada penerbangan Jakarta-Kendari.

Kedua justru baru ketiduran bersama saat mendapat nomor penerbangan BTK 6723 untuk membawa 153 penumpang ke Jakarta. Pesawat tercatat telah lepas landas sekitar pukul 07.05 WITA. Saat itu, pilot meminta waktu untuk tidur kepada kopilot.

Awalnya Kopilot mampu memegang kendali dengan baik. Namun kelelahan yang tinggi membuatnya justru tertidur dan membuat pesawat keluar dari jalur penerbangan selama 28 menit. 

Corporate Communications Strategic of Batik Air, Danang Mandala Prihantoro, mengatakan maskapai akan menerapkan seluruh rekomendasi keselamatan yang disampaikan oleh Komite Nasional Keselamatan Transportasi (KNKT) atas insiden tersebut. Mereka pun akan memastikan seluruh awak pesawat berada dalam kondisi fisik dan mental optimal saat menjalankan tugas.

“Pada 26 Januari 2024, Batik Air mengambil tindakan preventif dengan menonaktifkan [membebastugaskan] sementara pilot penerbangan nomor ID-6723, rute Kendari ke Jakarta yang bertugas pada 25 Januari 2024,” ujar Danang.

(ibn/frg)

No more pages