Lantas bagaimana hukum shalat Tarawih di rumah?
Berdasarkan NU Online, Pegiat Kajian Islam, Zainuddin Lubis menuliskan Imam An-Nawawi dalam kitab Al-Majmu' menjelaskan, hukum shalat Tarawih adalah sunah muakkad, artinya sangat dianjurkan untuk dikerjakan. Baik laki-laki maupun perempuan disunahkan untuk melaksanakan shalat tarawih, baik secara sendiri maupun berjamaah.
أما حكم المسألة فصلاة التراويح سنة بإجماع العلماء. ومذهبنا أنها عشرون ركعة بعشر تسليمات وتجوز منفردا وجماعة ، وأيهما أفضل ؟ فيه وجهان مشهوران كما ذكر المصنف ، وحكاهما جماعة قولين ( الصحيح ) باتفاق الأصحاب أن الجماعة أفضل ، وهو المنصوص في البويطي ، وبه قال أكثر أصحابنا المتقدمين
Artinya, "[Tentang hukum masalah ini]: Shalat Tarawih adalah sunah menurut ijma' ulama. Mazhab kami (Syafi'i) berpendapat, shalat Tarawih terdiri dari 20 rakaat dengan 10 salam. Shalat Tarawih boleh dikerjakan secara sendirian maupun berjamaah.
Lalu, mana yang lebih baik? Terdapat dua pendapat masyhur tentang hal ini:
Pertama, menurut kesepakatan ulama Syafi'iyah, shalat Tarawih berjamaah lebih baik. Ini adalah pendapat yang disebutkan dalam kitab Al-Buwaiti dan diamini oleh mayoritas ulama terdahulu dari mazhab kami.
Kedua, shalat Tarawih secara individu lebih baik. Pendapat ini dinisbatkan kepada Imam As-Syafi'i dalam salah satu riwayat dan dipilih oleh beberapa ulama terkemuka.
Terkait hukum shalat Tarawih di rumah, Imam As-Syaukani dalam kitab Nailul Authar mengatakan:
قال النووي: اتفق العلماء على استحبابها. قال: واختلفوا في أن الأفضل صلاتها في بيته منفردا أم في جماعة في المسجد؟ فقال الشافعي وجمهور أصحابه وأبو حنيفة وأحمد وبعض المالكية وغيرهم: الأفضل صلاتها جماعة، كما فعله عمر بن الخطاب والصحابة رضي الله عنهم واستمر عمل المسلمين عليه، لأنه من الشعائر الظاهرة، فأشبه صلاة العيد
Artinya, Imam Nawawi berkata, "Ulama sepakat bahwa shalat Tarawih hukumnya sunah." Kemudian beliau berkata, "Ulama berbeda pendapat tentang apakah shalat Tarawih lebih baik dikerjakan di rumah secara sendiri-sendiri atau di masjid secara berjamaah?"
Imam As-Syafi'i, mayoritas pengikutnya, Abu Hanifah, Ahmad, sebagian ulama Maliki, dan lainnya berpendapat, shalat Tarawih lebih baik dikerjakan secara berjamaah. Hal ini sebagaimana yang dilakukan oleh Umar bin Khattab dan para sahabat Nabi SAW, dan telah menjadi kebiasaan umat Islam. Karena shalat Tarawih termasuk dalam kategori syiar agama yang tampak, sehingga menyerupai shalat Idul Fitri.
Dalam sumber lain, Imam As-Shawi dalam kitab Hasiyatus Shawi mengatakan, boleh melaksanakan shalat Tarawih di rumah dengan tiga syarat, yakni tidak membuat masjid kosong, terdapat semangat untuk melakukannya di rumahnya, bukan orang yang bermukim di dua tanah suci (Makkah dan Madinah), karena bagi mereka, dianjurkan untuk melakukan shalat Tarawih tersebut di Masjidil Haram dan Masjid Nabawi.
قوله: [وندب الانفراد بها] إلخ: حاصله أن ندب فعلها في البيوت مشروط بشروط ثلاثة: أن لا تعطل المساجد، وأن ينشط لفعلها في بيته، وأن يكون غير آفاقي بالحرمين، فإن تخلف منها شرط كان فعلها في المسجد أفضل
Kesimpulannya, disunahkan melakukan shalat Tarawih di rumah dengan tiga syarat: Pertama, tidak menyebabkan masjid menjadi kosong. Kedua, orang yang shalat Tarawih di rumah benar-benar bersemangat untuk melakukannya. Ketiga, orang tersebut bukan penduduk Makkah atau Madinah. Jika salah satu syarat tersebut tidak terpenuhi, maka lebih baik melakukan shalat Tarawih di masjid.
Secara sederhana dapat disimpulkan, hukum shalat Tarawih di rumah menurut fiqih diperbolehkan, secara berjamaah atau pun sendirian. Karena itu, anjuran untuk solat tarawih karena menghormati warga yang sedang menjalani hari Nyepi secara substansial tidak masalah.
(red/frg)