"Kami sangat menyadari kebutuhan mendesak akan konsensus," kata Irfaan Ali. "Kami telah memberikan kesan kepada masing-masing pihak bahwa waktu tidak berpihak kepada mereka untuk menyepakati langkah ke depan. Dari laporan kami, situasi di lapangan tetap mengerikan, dan menjadi perhatian serius bagi kami."
Henry sendiri belum bisa kembali ke Haiti. Dia tercatat sempat pergi untuk menjalin kerja sama dan dukungan tentang pasukan keamanan multinasional, 25 Februari lalu. Dia kesulitan untuk pulang usai sejumlah kelompok geng bersenjata menyerang ibu kota dan menutup bandara.
Presiden Amerika Serikat (AS) Joe Biden sendiri telah meminta Henry untuk mendukung transisi kekuasaan di Haiti.
Menteri Luar Negeri AS Antony Blinken dan Presiden Kenya William Ruto membahas krisis tersebut dalam sebuah panggilan telepon pada hari Sabtu, termasuk dukungan bersama untuk pasukan multinasional dan "menciptakan kondisi keamanan yang diperlukan untuk melaksanakan pemilihan umum yang bebas dan adil," menurut pernyataan Departemen Luar Negeri AS.
Henry terakhir kali terlihat di Puerto Rico ketika menghadapi tekanan yang semakin meningkat - baik di dalam negeri maupun dari luar negeri - untuk mengundurkan diri dan membuka jalan bagi pemerintahan transisi.
Di tengah kekosongan kekuasaan, ada juga upaya-upaya yang berkembang untuk membentuk pemerintahan baru.
Di antara mereka yang berlomba-lomba untuk berkuasa adalah Guy Philippe, yang memimpin kudeta pada tahun 2004 dan menghabiskan beberapa tahun di penjara di Amerika Serikat atas tuduhan pencucian uang. Pada hari Jumat, ia mengatakan kepada Reuters bahwa ia berniat untuk menjadi presiden, dan bahwa Henry harus mengundurkan diri.
(bbn)