Bloomberg Technoz, Jakarta - Rupiah sukses mengakhiri pekan ini dengan penguatan gemilang melaju ke zona Rp15.500-an jelang penutupan pasar, Jumat (8/3/2024). Rupiah membukukan penguatan mingguan, naik 0,7% dibandingkan level penutupan di pasar spot pekan sebelumnya. Besar penguatan itu menjadi yang tertinggi sejak awal Februari.
Nilai tukar rupiah parkir di kisaran Rp15.590/US$ pada pukul 14:43 WIB, membawa mata uang Indonesia ini mencetak mencatat penguatan sekitar 63 poin dari hari sebelumnya.
Penguatan rupiah tidak sendirian karena hari ini mayoritas mata uang Asia melesat melawan dolar AS yang tengah melemah pasca pernyataan Jerome Powell, Gubernur Federal Reserve, yang memberi optimisme pasar terkait penurunan bunga.
Won Korea Selatan memimpin penguatan hari ini dengan naik nilainya 0,84%, disusul oleh peso Filipina, rupiah dan dolar Taiwan yang masing-masing menguat 0,45%, 0,41% dan 0,39%. Sampai sore ini, hanya yuan offshore yang masih melemah tipis terhadap dolar AS sebesar 0,02%.
Penguatan rupiah juga berlangsung ketika harga saham di pasar domestik mencetak level tertinggi baru intraday, menyentuh 7.416 siang tadi. Sedangkan harga surat utang negara (SBN) hari ini di hampir semua tenor bergerak menguat.
Imbal hasil SUN/INDOGB 2Y bergerak tipis ke 6,216%, sedangkan INDOGB 10Y turun 0,5 bps ke 6,619%. Tenor panjang 30 tahun bergeser sedikit ke 6,905%.
Euforia pasar yang dipantik oleh pernyataan Powell dua hari berturut-turut akan menghadapi tantangan baru nanti malam. Pelaku pasar menanti rilis data tak kalah penting yaitu angka pengangguran, data penambahan lapangan kerja dan kenaikan upah serta partisipasi kerja.
"Data payroll Amerika [nanti malam] dan data inflasi yang dirilis pekan depan akan menjadi kunci penggerak rupiah ke depan," kata Nicholas Chia, Macro Strategist di Standard Chartered Bank di Singapura, melansir Bloomberg News.
Bila dua data itu secara mengejutkan lebih rendah ketimbang perkiraan, nilai rupiah bisa semakin menguat ke depan. Bank Indonesia juga akan memanfaatkan momentum itu untuk membangun cadangan devisa lebih banyak memanfaatkan pelemahan dolar AS, kata Chia, setelah bulan lalu turun US$ 1,1 miliar.
Para pemodal asing di Indonesia sejauh ini masih mencatat arus keluar modal terutama di pasar surat utang di mana asing mencatat net sell sebesar US$ 132,9 juta pada 6 Maret, berdasarkan data Kementerian Keuangan. Sementara di pasar saham, asing masih mencatat posisi beli bersih US$ 30,6 juta pada Kamis lalu.
(rui)