Hal itu melahirkan tantangan tidak mudah bagi rumah tangga di Indonesia dalam mempertahankan pengelolaan keuangan agar kondisi finansial tetap stabil. Pengeluaran belanja dapur dipastikan melonjak sebulan ke depan dan akan akan memuncak kala Idulfitri tiba dengan berbagai pengeluaran tahunan, mulai baju baru, hidangan lebaran, angpao untuk kerabat, sampai keperluan mudik yang tidak sedikit.
Supaya keuangan keluarga tetap sehat meski menghadapi lonjakan pengeluaran saat Ramadan dan nanti jelang Lebaran, perlu strategi yang cermat mengelola pengeluaran rumah tangga. Dengan begitu, Ramadan bisa tetap dijalankan dengan khusyuk dan hangat tanpa risau masalah finansial.
Berikut ini beberapa tips penting mengelola keuangan selama Ramadan ketika lonjakan harga kebutuhan sudah terlanjur tinggi, disarikan oleh Divisi Riset Bloomberg Technoz:
Miliki Rencana Menu
Perencanaan adalah hal mendasar bila seseorang ingin memastikan arus kasnya terjaga stabil. Dalam perencanaan keuangan, seseorang lazimnya memiliki anggaran bujet untuk belanja rutin, apakah itu belanja bulanan ataupun mingguan.
Supaya pengeluaran dapur tetap terjaga, miliki rencana menu (meal plan) selama sebulan ke depan. Atau, bila itu terlalu sulit, buatlah meal plan seminggu sekali. Perencanaan menu makanan di rumah akan membantu Anda berbelanja lebih fokus dan cermat. Itu juga akan membantu Anda dari jebakan membeli barang-barang yang tidak perlu ketika berbelanja. Selain itu, perencanaan menu akan menghindarkan kita dari tindakan membuang-buang bahan makanan (food waste).
Bagilah rencana menu dalam tiga kelompok yaitu menu sahur, menu berbuka dan takjil atau snack. Dari sana, Anda bisa memperinci lagi apa saja bahan-bahan makanan apa saja yang perlu disiapkan.
Manfaatkan Diskon
Diskon boleh jadi hanyalah sekadar gimik pemasaran saja. Namun, bila Anda cermat, diskon di pusat belanja ataupun supermarket sejatinya bisa dimanfaatkan untuk membantu penghematan pengeluaran belanja dapur. Bila Anda terbiasa berbelanja kebutuhan dapur di supermarket atau gerai ritel modern, Anda bisa lebih dulu mengecek harga dan informasi diskon di aplikasi belanja yang tersedia.
Membeli produk fast moving consumer goods (FMCG) yang rutin dibeli bisa lebih hemat misalnya dengan memilih barang private label. Memanfaatkan buy 2 get 1 juga bisa apabila itu terkait barang yang cepat habis atau bisa distok. Mendaftar membership juga bisa ditempuh karena seringkali diskon diberikan lebih banyak bagi pelanggan yang sudah terdaftar.
Jurus lain yang bisa dicoba adalah belanja di pasar tradisional karena harganya umumnya lebih murah, mulai dari harga ikan laut sampai ayam ataupun sayur. Saat ini sudah banyak pasar tradisional yang tak kalah nyaman dan bersih untuk aktivitas belanja meski tidak berpendingin udara.
Lakukan Meal Prep
Setelah berbelanja bahan makanan sesuai rencana menu, Anda dapat melakukan meal preparation (meal prep) yaitu menyiapkan bahan-bahan masakan ke wadah-wadah sesuai porsi dan keperluan.
Langkah ini akan membantu Anda menghemat waktu ketika waktu memasuk tiba karena tinggal 'cemplung', terutama untuk persiapan menu sahur yang harus dilakukan dini hari.
Social Ifthar
Ketika Ramadan datang, undangan berbuka puasa (ifthar) di luar rumah biasanya berdatangan baik dari kerabat, maupun teman. Selain undangan, menjadi hal wajar bila Anda sesekali ingin berbuka puasa bersama keluarga di luar rumah, misalnya di restoran favorit atau di pusat belanja.
Berbuka puasa di luar rumah tentu saja akan lebih menguras kantong. Maka itu, supaya pengeluaran tidak melonjak tanpa kendali, Anda bisa membatasi frekuensi berbuka puasa di luar rumah misalnya dua atau tiga kali seminggu saja. Selain lebih nyaman, berbuka puasa di rumah juga memungkinkan seseorang melanjutkan ibadah lebih leluasa di rumah sendiri.
Pengeluaran Prioritas
Selain belanja untuk kebutuhan seputar puasa, selama Ramadan acapkali muncul pengeluaran tahunan yang juga penting bahkan prioritas. Yakni, pengeluaran untuk zakat. Mengeluarkan zakat fitrah berupa makanan pokok sebesar 3,5 liter beras atau jenis makanan pokok lain, diwajibkan bagi umat Islam tidak memandang kelas sosial atau pendapatannya. Sedangkan zakat mal atau zakat harta diwajibkan bagi muslim yang hartanya sudah mengendap selama setahun (haul) dan telah mencapai nishab yakni 85 gram emas.
Jadi, bila seorang muslim memiliki harta atau aset yang telah mengendap selama setahun senilai minimal Rp102,34 juta (asumsi harga emas saat ini Rp1,2 juta per gram), maka ia wajib mengeluarkan zakat sebesar 2,5% dari total asetnya. Banyak orang yang mengeluarkan zakat mal saat Ramadan untuk memudahkan menghitung haulnya.
Pengeluaran ini perlu disiapkan bujetnya sehingga ketika waktunya tiba untuk berzakat, arus kas Anda tidak perlu ikut terpengaruh.
Hindari Utang
Lonjakan pengeluaran saat Ramadan mungkin sulit dihindari. Namun, dengan memiliki perencanaan bujet serta pengeluaran prioritas, keuangan seharusnya tetap bisa terkendali tanpa harus melirik utang atau pinjaman.
Hindari menambah utang untuk pengeluaran yang sifatnya konsumtif. Bila Anda memiliki kartu kredit, perlakukan kartu tersebut sebagai alat pembayaran, bukan sebagai sumber dana pinjaman. Dengan begitu, keuangan pribadi tidak menghadapi beban tambahan seperti utang berbiaya mahal.
(rui/aji)