Logo Bloomberg Technoz

Bloomberg Technoz, Jakarta - Awal pekan depan, Umat Islam di seluruh dunia akan memasuki bulan istimewa Ramadan dan menjalankan ibadah wajib berpuasa selama sebulan penuh, sampai nantinya merayakan Hari Raya Idulfitri pada pertengahan April nanti.

Seperti di kebanyakan negara berpenduduk mayoritas Islam, kedatangan bulan Ramadan di Indonesia telah lama bersalin rupa menjadi tradisi perayaan yang meriah. Frekuensi makan yang berkurang selama Ramadan menjadi dua kali saja yaitu ketika waktu sahur dini hari dan berbuka puasa di senja hari, malah membuat belanja dapur jadi lebih banyak ketimbang bulan-bulan biasa karena kemunculan berbagai menu spesial di meja makan keluarga. 

Inflasi harga ketika Ramadan tiba akhirnya menjadi hal yang lazim, sama halnya kenaikan inflasi harga yang umum terjadi saat menjelang Natal dan Tahun Baru di berbagai negara di dunia. Namun, khusus tahun ini, Ramadan bagi masyarakat Indonesia sudah lebih dulu disambut oleh lonjakan harga pangan dari mulai beras hingga telur dan gula pasir yang meroket tajam. Lebih tinggi dibandingkan Ramadan tahun lalu.

Harga beras sampai hari ini, Jumat (8/3/2024), berdasarkan Panel Harga Badan Pangan Nasional, harga beras medium yang terbanyak dikonsumsi masyarakat Indonesia masih bertengger di kisaran Rp14.400/kilogram, sudah naik sedikitnya 22% dibandingkan periode yang sama tahun lalu. Bahkan beras premium sempat menyentuh harga Rp19.000/kilogram beberapa waktu lalu.

Bukan cuma beras, beberapa bahan dapur yang dibutuhkan untuk membuat kue lebaran seperti telur, tepung terigu hingga gula pasir, harganya juga naik tajam. Harga telur ayam sempat menyentuh Rp32.000/kilogram. Sedangkan gula pasir yang sudah naik tinggi tahun lalu, sampai detik ini belum terbendung sehingga kini harganya masih di Rp17.750/kilogram. 

Ilustrasi supermarket. (Dimas Ardian/Bloomberg)

Hal itu melahirkan tantangan tidak mudah bagi rumah tangga di Indonesia dalam mempertahankan pengelolaan keuangan agar kondisi finansial tetap stabil. Pengeluaran belanja dapur dipastikan melonjak sebulan ke depan dan akan akan memuncak kala Idulfitri tiba dengan berbagai pengeluaran tahunan, mulai baju baru, hidangan lebaran, angpao untuk kerabat, sampai keperluan mudik yang tidak sedikit.

Supaya keuangan keluarga tetap sehat meski menghadapi lonjakan pengeluaran saat Ramadan dan nanti jelang Lebaran, perlu strategi yang cermat mengelola pengeluaran rumah tangga. Dengan begitu, Ramadan bisa tetap  dijalankan dengan khusyuk dan hangat tanpa risau masalah finansial. 

Berikut ini beberapa tips penting mengelola keuangan selama Ramadan ketika lonjakan harga kebutuhan sudah terlanjur tinggi, disarikan oleh Divisi Riset Bloomberg Technoz:

Miliki Rencana Menu

Perencanaan adalah hal mendasar bila seseorang ingin memastikan arus kasnya terjaga stabil. Dalam perencanaan keuangan, seseorang lazimnya memiliki anggaran bujet untuk belanja rutin, apakah itu belanja bulanan ataupun mingguan. 

Supaya pengeluaran dapur tetap terjaga, miliki rencana menu (meal plan) selama sebulan ke depan. Atau, bila itu terlalu sulit, buatlah meal plan seminggu sekali. Perencanaan menu makanan di rumah akan membantu Anda berbelanja lebih fokus dan cermat. Itu juga akan membantu Anda dari jebakan membeli barang-barang yang tidak perlu ketika berbelanja. Selain itu, perencanaan menu akan menghindarkan kita dari tindakan membuang-buang bahan makanan (food waste).

Bagilah rencana menu dalam tiga kelompok yaitu menu sahur, menu berbuka dan takjil atau snack. Dari sana, Anda bisa memperinci lagi apa saja bahan-bahan makanan apa saja yang perlu disiapkan.

Manfaatkan Diskon

Diskon boleh jadi hanyalah sekadar gimik pemasaran saja. Namun, bila Anda cermat, diskon di pusat belanja ataupun supermarket sejatinya bisa dimanfaatkan untuk membantu penghematan pengeluaran belanja dapur. Bila Anda terbiasa berbelanja kebutuhan dapur di supermarket atau gerai ritel modern, Anda bisa lebih dulu mengecek harga dan informasi diskon di aplikasi belanja yang tersedia.

Membeli produk fast moving consumer goods (FMCG) yang rutin dibeli bisa lebih hemat misalnya dengan memilih barang private label. Memanfaatkan buy 2 get 1 juga bisa apabila itu terkait barang yang cepat habis atau bisa distok. Mendaftar membership juga bisa ditempuh karena seringkali diskon diberikan lebih banyak bagi pelanggan yang sudah terdaftar.

Jurus lain yang bisa dicoba adalah belanja di pasar tradisional karena harganya umumnya lebih murah, mulai dari harga ikan laut sampai ayam ataupun sayur. Saat ini sudah banyak pasar tradisional yang tak kalah nyaman dan bersih untuk aktivitas belanja meski tidak berpendingin udara.

Lakukan Meal Prep

Setelah berbelanja bahan makanan sesuai rencana menu, Anda dapat melakukan meal preparation (meal prep) yaitu menyiapkan bahan-bahan masakan ke wadah-wadah sesuai porsi dan keperluan.

Langkah ini akan membantu Anda menghemat waktu ketika waktu memasuk tiba karena tinggal 'cemplung', terutama untuk persiapan menu sahur yang harus dilakukan dini hari.

Social Ifthar

Ketika Ramadan datang, undangan berbuka puasa (ifthar) di luar rumah biasanya berdatangan baik dari kerabat,  maupun teman. Selain undangan, menjadi hal wajar bila Anda sesekali ingin berbuka puasa bersama keluarga di luar rumah, misalnya di restoran favorit atau di pusat belanja. 

Warga antre untuk ambil makanan buka puasa di Vihara Dharma Bakti, Petak Sembilan, Jakarta, Rabu (29/3/2023). (Bloomberg Technoz/ Andrean Kristianto)

Berbuka puasa di luar rumah tentu saja akan lebih menguras kantong. Maka itu, supaya pengeluaran tidak melonjak tanpa kendali, Anda bisa membatasi frekuensi berbuka puasa di luar rumah misalnya dua atau tiga kali seminggu saja. Selain lebih nyaman, berbuka puasa di rumah juga memungkinkan seseorang melanjutkan ibadah lebih leluasa di rumah sendiri.

Pengeluaran Prioritas

Selain belanja untuk kebutuhan seputar puasa, selama Ramadan acapkali muncul pengeluaran tahunan yang juga penting bahkan prioritas. Yakni, pengeluaran untuk zakat. Mengeluarkan zakat fitrah berupa makanan pokok sebesar 3,5 liter beras atau jenis makanan pokok lain, diwajibkan bagi umat Islam tidak memandang kelas sosial atau pendapatannya. Sedangkan zakat mal atau zakat harta diwajibkan bagi muslim yang hartanya sudah mengendap selama setahun (haul) dan telah mencapai nishab yakni 85 gram emas.

Jadi, bila seorang muslim memiliki harta atau aset yang telah mengendap selama setahun senilai minimal Rp102,34 juta (asumsi harga emas saat ini Rp1,2 juta per gram), maka ia wajib mengeluarkan zakat sebesar 2,5% dari total asetnya. Banyak orang yang mengeluarkan zakat mal saat Ramadan untuk memudahkan menghitung haulnya.

Pengeluaran ini perlu disiapkan bujetnya sehingga ketika waktunya tiba untuk berzakat, arus kas Anda tidak perlu ikut terpengaruh.

Hindari Utang

Lonjakan pengeluaran saat Ramadan mungkin sulit dihindari. Namun, dengan memiliki perencanaan bujet serta pengeluaran prioritas, keuangan seharusnya tetap bisa terkendali tanpa harus melirik utang atau pinjaman. 

Hindari menambah utang untuk pengeluaran yang sifatnya konsumtif. Bila Anda memiliki kartu kredit, perlakukan kartu tersebut sebagai alat pembayaran, bukan sebagai sumber dana pinjaman. Dengan begitu, keuangan pribadi tidak menghadapi beban tambahan seperti utang berbiaya mahal.

(rui/aji)

No more pages