Dalam kaitan itu, Arsal menggarisbawahi PTBA merupakan salah satu pemegang izin usaha pertambangan (IUP) yang memiliki cadangan tambang terbesar dibandingkan dengan seluruh pemegang IUP lainnya.
Adapun, PTBA memiliki cadangan batu bara sebesar 5 miliar metrik ton sementara yang sudah terbukti (proven) bisa ditambang adalah hampir mencapai 3 miliar metrik ton.
“Kemarin 3 miliar metrik ton itu akhir tahun lalu, sekarang 2,9 miliar metrik ton. Jadi kita batu bara punya cadangan paling besar dari seluruh IUP yang ada,” jelas dia.
Dengan asumsi rata-rata produksi PTBA sebesar 40 juta per tahun, Arsal melanjutkan, cadangan PTBA masih tahan hingga 75 tahun mendatang. Bila PTBA bisa meningkatkan kapasitas produksi menjadi 100 juta per tahun, maka cadangan bisa dimanfaatkan hingga 30 tahun mendatang.
Dengan demikian, PTBA bisa ikut dalam pencapaian emisi nol bersih atau net zero emission (NZE) yang ditargetkan pemerintah pada 2060.
“Kalau rata-rata 40 juta per tahun, itu masih 75 tahun. Mudah-mudahan bisa 100 juta, itu bisa 30 tahun sehingga saat NZE, kami sudah siap,” tutur Arsal.
Sebagai informasi, total produksi batu bara PTBA pada 2023 mencapai 41,9 juta ton atau tumbuh 13% dibandingkan tahun 2022 sebesar 37,1 juta ton. Selanjutnya, volume penjualan batu bara menjadi 37 juta ton atau naik 17% dibandingkan tahun sebelumnya.
“Penjualan ekspor sebesar 15,6 juta ton atau naik 25% dibandingkan tahun 2022. Sementara penjualan domestik tercatat 21,4 juta ton atau tumbuh 12% secara tahunan," kata Arsal.
(dov/wdh)