“Dukungan ini sangat diterima, dan menunjukkan daya tahan sistem perbankan,” sebut pernyataan bersama Janet Yellen (Menteri Keuangan AS), Jerome Powell (Ketua Bank Sentral AS), Martin Gruenberg (Ketua Lembaga Penjamin Simpanan AS), dan Michael Hsu (Ketua Lembaga Pengendalian Kurs AS).
Bank-bank lain yang juga memberikan kontribusi adalah PNC Financial Services Group Inc, Bank of New York Mellon Corp, Truist Financial Corp, U.S. Bancorp and State Street Corp. Masing-masing menempatkan US$ 1 miliar (Rp 15,42 triliun).
Kesepakatan ini mulai terbentuk Selasa lalu dan diwujudkan dalam 2 hari. Idenya datang dari pembicaraan yang melibatkan Yellen, Powell, Gruenberg, juga CEO JPMorgan Jamie Dimon. Demikian diungkapkan sejumlah sumber.
Yellen dan Dimon sepakat dengan ide tersebut, dan Dimon kemudian mengontak para pimpinan perbankan. Yellen juga melakukan komunikasi, sebut beberapa sumber yang enggan disebutkan identitasnya karena pembicaraan ini bersifat privat.
Pembicaraan lanjutan pada Kamis memfinalkan rencana tersebut. Awalnya deposito yang ditempatkan bertenor 120 hari dengan suku bunga pasar dan mungkin bisa lebih lama lagi, sebut sejumlah sumber.
Langkah ini mirip dengan upaya penyelamatan Long Term Capital Management pada 1998 yang tidak menggunakan uang rakyat. Saat itu, Bank Sentral AS mengadakan pertemuan dengan para eksekutif Wall Street seperti Goldman Sachs, Merril Lynch, dan lusinan lainnya. Mereka sepakat memberikan pendanaan sebesar US$ 3,65 miliar (Rp 56,27 triliun dengan kurs saat ini).
Masa Depan First Republic
Bank-bank besar itu memandang penyelamatan First Republic sesuai dengan kepentingan mereka, yaitu mencegah kepanikan kian meluas, menurut sejumlah sumber. Penyelamatan ini membuat First Republic punya masa depan, termasuk mampu untuk mencari pembeli.
Langkah ini “adalah upaya yang kuat untuk meningkatkan likuiditas dan mencerminkan keyakinan kami terhadap bank regional,” sebut CEO Truist Bill Rogers dalam pernyataan melalui surat elektronik.
Harga saham First Republic bergerak tajam. Sempat anjlok 36% pada awal perdagangan, kemudian naik hingga 28%. Saham First Republic ditutup melemah 10%.
First Republic punya spesialisasi di private banking dengan divisi wealth management yang mengelola aset US$ 271 miliar (Rp 4.178,28 triliun). Tidak seperti SVB yang berfokus kepada startup, klien First Republic di sektor itu tidak sampai 9%.
Chairman First Republic Jim Herbert dan CEO Mike Roffler mengatakan, dukungan “kolektif ini mendukung penguatan posisi likuiditas, merefleksikan kualitas bisnis, dan menjadi bentuk keyakinan terhadap First Republic dan seluruh sistem perbankan.”
Rabu lalu, posisi kas First Republic adalah sekitar US$ 34 miliar (Rp 524,21 triliun). Sejak penutupan operasional pada 9 Maret 2023, First Republic meminjam ke Federal Home Loan Bank sebesar US$ 10 miliar (Rp 154,18 triliun) degan bunga 5,09%.
First Republic mengungkapkan “akan fokus untuk mengurangi pinjaman dan mengevaluasi posisi neraca serta menahan dividen selama masa pemulihan”.
(bbn)