Pernyataan itu memberi warna dalam pemikiran para pejabat The Fed tentang kapan akan dimulai penurunan bunga dan memperkuat gagasan bahwa pivot itu bisa dilakukan dalam beberapa bulan ke depan. Spekulasi pasar semakin kuat bahwa penurunan Fed fund rate (FFR) akan dimulai Juni ini. "Kami yakin penurunan bunga akan mulai dilakukan oleh The Fed pada Juni," kata Bill Anderson, Head of Evercore, bank investasi asal Amerika.
Indeks dolar AS langsung melemah ke 102,82 dan pagi ini melanjutkan pelemahan ke 102,79. Semalam, harga saham di Wall Street melesat dengan indeks S&P 500 ditutup melompat 1,03% dan indeks Nasdaq bahkan menguat 1,51%. Sedangkan imbal hasil Treasury, surat utang AS, turun hingga 4,6 bps untuk tenor 2 tahun ke 4,50% dan 10 tahun turun 1,2 bps ke 4,09%.
Komoditas juga terimbas di mana harga emas mencetak rekor harga tertinggi baru di US$2.159,98 per troy ounce semalam.
Nanti malam, pelaku pasar menanti rilis data tingkat pengangguran AS Februari yang diperkirakan tetap di angka 3,7%. Sementara tingkat partisipasi tenaga kerja diprediksi sedikit naik ke 62,6% pada Februari dari 62,5%.
Pasar juga menanti publikasi data NonFarm Payroll Februari yang diperkirakan turun ke 200.000 pekerjaan dari bulan sebelumnya di angka 353.000 pekerjaan. Sementara pertumbuhan upah per jam pada Februari diprediksi turun ke 4,3% year-on-year dari angka Januari di 4,5%.
"Data ketenagakerjaan nanti malam bisa menjadi hal yang liar. Bila angkanya bagus kita bisa melihat imbal hasil UST 10Y turun ke 3%. Sebaliknya bila datanya jelek, bisa jadi imbal hasilnya kembali ke 4,3%," kata Andrew Brenner, Head of International Fixed Income di Natalliance Securities.
Apa yang terjadi di pasar global semalam akan mendorong tren serupa di pasar domestik. "Yield INDON [SBN berdenominasi dolar AS] tenor 2Y berpeluang turun hari ini akibat aksi beli di Treasury 2Y yang turun ke 4,5%. Sedangkan yield 10Y INDON akan konsolidasi di rentang 4.95-5.05%. Sementara itu, kami memprediksi yield 10Y INDOGB tetap bergerak sideways di rentang 6.6-6.7%," kata Lionel Prayadi, Macro Strategist & Fixed Income dan Nanda Puput dari Mega Capital Securities dalam catatannya pagi ini.
Adapun rupiah berpeluang semakin menguat ke kisaran Rp15.550-Rp15.650/US$ menyusul pelemahan indeks dolar AS. Indeks saham IHSG diprediksi berpeluang memecah lagi level All Time High intraday baru hari ini di kisaran 7.400–7.420.
(rui)