Seperti halnya IHSG, berbagai indeks saham utama Asia pun menguat. Pada pukul 15:39 WIB, indeks TAIEX (Taiwan) naik 1%, SETI (Thailand) menguat 0,19%, KLCI (Malaysia) bertambah 0,21%, dan Sensex (India) terapresiasi 0,12%.
Hijaunya bursa saham Benua Kuning tidak lepas dari penguatan di bursa saham Amerika Serikat (AS). Dini hari tadi waktu Indonesia, S&P 500, Dow Jones Industrial Average (DJIA), dan Nasdaq Composite ditutup naik masing-masing 0,51%, 0,2%, dan 0,58%.
Investor merespons positif paparan Gubernur Bank Sentral AS Jerome ‘Jay’ Powell di hadapan Kongres. Dalam paparan tersebut, Powell menegaskan bahwa penurunan suku bunga acuan layak (appropriate) dilakukan tahun ini. Meski begitu, Powell juga menggarisbawahi bahwa sekarang belum saat yag tepat.
“Kami meyakini bahwa suku bunga acuan saat ini sudah mencapai puncak. Jika ekonomi bergerak seperti yang diperkirakan, maka menjadi layak untuk mulai melonggarkan suku bunga di satu titik pada tahun ini. Namun saat ini prospek ekonomi masih tidak pasti, dan perkembangan menuju target inflasi 2% belum dapat dipastikan,” jelas Powell, seperti dikutip dari Bloomberg News.
Walau belum pasti kapan dilakukan, tetapi yang jelas Powell sudah makin menegaskan bahwa pemangkasan Federal Funds Rate bakal terjadi tahun ini. Iklim suku bunga rendah akan menguntungkan bagi pasar saham, karena memberi ruang bagi emiten untuk berekspansi tanpa banyak memikirkan tingginya biaya bunga.
Saat emiten rajin ekspansi, maka ada harapan laba tumbuh dan investor boleh menagih jatah dividen.
“Powell memang belum berkomitmen soal penurunan suku bunga acuan dalam waktu dekat. Namun aura positifnya terkait arah inflasi dan suku bunga yang sekarang sudah mencapai puncak, itu sudah cukup bagi pelaku pasar,” kata Jose Torres dari Interactive Brokers, seperti diberitakan Bloomberg News.
(aji)