Namun, penampilan yang dominan baik oleh Biden maupun Trump menyembunyikan kegelisahan dan keraguan yang mendalam di kalangan para pemilih.
Bagi Partai Demokrat, memilih Biden adalah sebuah pertaruhan yang berisiko. Di mana para pemilih akan mengesampingkan kekhawatiran tentang kemampuan seorang pria berusia 81 tahun untuk terus memimpin negara selama 4 tahun ke depan. Terutama di saat terjadinya perang antar-negara. Kecemasan terkait perekonomian juga masih ada meskipun pemilihan pascapandemi yang kuat.
Di pihak Partai Republik, berbagai masalah hukum yang dihadapi Trump, pernyataannya yang provokatif tentang minoritas dan imigran, juga apa yang dikatakan kritikusnya sebagai rencana otoriter untuk masa jabatan kedua, telah mengancam menjauhkan Trump untuk merebut kembali Gedung Putih.
Upaya politik Trump harus bersaing dalam hal waktu, sumber daya, dan perhatian karena dia harus menghadapi 91 dakwaan pidana dalam empat kasus terpisah. Dia hanya 4 tahun lebih muda dari Biden, tetapi belum lama melakukan kesalahan verbal saat berkampanye. Hal ini membuatnya agak sulit menentang anggapan bahwa Biden terlalu tua untuk mengerjakan tugas dengan efektif.
Trump, yang menggambarkan dirinya sebagai petahana de facto meskipun kalah pada tahun 2020, memperkuat dukungan untuk Partai Republik setelah dakwaannya, dan kecenderungan partai tersebut menuju populisme, menyisakan sedikit ruang bagi Haley untuk mendapat dukungan. Gubernur Florida Ron DeSantis, saingan utama Trump lain, mundur bahkan sebelum dia memulai.
Sementara itu, Partai Demokrat mendukung penuh Biden tanpa politisi kenamaan yang bersedia menantang seorang presiden petahana. Bahkan ketika tokoh-tokoh partai membisikkan kekhawatiran tentang usia Biden.
Pendekatan yang Berbeda
Prospek pertarungan ulang antara kedua tokoh tersebut telah menimbulkan ketidakpercayaan, bahwa AS menolak untuk beralih ke generasi pemimpin baru dan membuat para birokrat harus bersiap menghadapi dua pendekatan yang sangat berbeda dalam diplomasi, ekonomi, dan pemerintahan.
Visi masa jabatan kedua Trump jelas. Yaitu perlindungan perdagangan baru yang substansial, penindakan keras terhadap imigrasi, pajak yang lebih rencah, kebijakan luar negeri yang bersifat isolasionis, dan kampanye retribusi yang menyasar kaum progresif, birokrasi federal, dan media berita yang Trump salahkan karena mengasingkan basis pendukungnya melawan kelas penguasa.
Perpanjangan masa jabatan Biden akan menjamin implementasi pencapaian legislatif masa jabatan pertamanya yang bertujuan untuk menghidupkan kembali industri manufaktur dalam negeri, memperbaiki infrastruktur, dan melawan perubahan iklim. Biden juga akan berupaya untuk meningkatkan pajak bagi orang kaya dan memperkuat aliansi asing, meskipun pendekatan yang tenang dan teknokratisnya hanya sedikit menarik para pemilih.
"Kita akan memenangkan pemilu ini karena kita harus menang," kata Trump pada Selasa, menggambarkan taruhan dalam pertarungan ulang dengan Biden sebagai eksistensial. "Jika kita kalah dalam pemilu ini, kita tidak akan memiliki negara lagi."
Kekhawatiran Usia
Survei menunjukkan bahwa kekhawatiran usia adalah hambatan besar untuk masa jabatan kedua Biden. Delapan dari sepuluh pemilih di swing-state mengatakan bahwa Biden terlalu tua dalam sebuah survei Bloomberg News/Morning Consult yang dirilis pada bulan Februari.
Survei tersebut juga menemukan bahwa mayoritas responden menganggap Trump berbahaya. Tim Biden berusaha menekankan persepsi tersebut pada Selasa.
"Dia didorong oleh rasa sakit hati dan kesedihan, fokus pada balas dendam dan pembalasan, bukan rakyat Amerika," kata Biden dalam pernyataan yang dirilis oleh kampanyenya. "Dia akan melakukan atau mengatakan apa saja untuk mempertahankan kekuasaannya."
Namun Trump tetap populer di kalangan pemilih utama Partai Republik dari segala usia, jenis kelamin, dan ras, termasuk pendukung Partai Republik dari kelas pekerja dan berpendidikan tinggi.
Meskipun tim Trump telah mendominasi pemilu awal, mereka juga bergerak untuk mengunci dukungan dengan cara yang lebih halus. Trump pada dasarnya akan mengambil alih Komite Nasional Partai Republik pada Jumat, ketika anggota partai dijadwalkan memberikan suara untuk dua sekutu yang dipilih secara langsung untuk memimpin partai selama sisa tahun 2024.
Hal itu akan memungkinkan kampanyenya bekerja lebih dekat dengan komite partai dan mempekerjakan lebih banyak staf, kata penasihat senior Trump, Chris LaCivita, kepada para wartawan pada Selasa.
Biden juga dihadapkan pada tugas untuk menyatukan partainya. Progresif yang kecewa dengan dukungan presiden terhadap perang Israel melawan Hamas dalam beberapa minggu terakhir telah mendesak para pemilih untuk "tidak berkomitmen" dalam pemungutan suara utama mereka, guna menekan Biden mengubah sikapnya.
Di Minnesota, yang memiliki populasi Muslim yang besar, 20% memilih "tidak berkomitmen" pada Selasa, dengan 75% laporan masuk. Hal itu datang setelah 13% dari pemilih utama presiden dari Partai Demokrat tersebut di swing-state Michigan melakukan hal yang sama minggu lalu.
(bbn)