Emas biasanya memiliki hubungan terbalik dengan imbal hasil obligasi, tetapi telah didukung oleh pembelian bank sentral yang kuat dan permintaan dari konsumen khususnya di China.
Jadi, apakah reli emas ini hanya sesaat, atau apakah reli logam mulia ini baru saja dimulai? Berikut adalah lima grafik utama yang harus diperhatikan:
Imbal Hasil Riil
Pendorong terbesar harga emas selama setahun terakhir adalah antisipasi pasar tentang kapan The Fed akan mulai menurunkan biaya pinjaman. Pasar swap menunjukkan peluang 65% untuk pemangkasan suku bunga pada Juni, dibandingkan dengan 58% di akhir Februari.
Pada Rabu, Gubernur The Fed Jerome Powell menegaskan kembali kepada anggota parlemen bahwa bank sentral AS tidak terburu-buru untuk menurunkan suku bunga, sampai pembuat kebijakan yakin mereka telah memenangkan pertempuran melawan inflasi.
Ketika The Fed akhirnya melakukan perubahan, hal ini dapat menurunkan biaya peluang (opportunity cost) dalam memegang emas, yang tidak dikenakan bunga. Imbal hasil riils AS telah turun sejak Oktober lalu, tetapi kenaikan emas baru-baru ini jauh melampaui apa yang mungkin diperkirakan.
Indikator Teknikal
Emas mencapai rekor baru US$2.152,25 per ons pada Rabu. Emas sedikit berubah pada Kamis di US$2.146,10 per pukul 10:13 waktu Singapura.
United Overseas Bank Ltd melihat harga resistensi signifikan berikutnya di US$2.163, tetapi bagi Rhona O'Connell, kepala analis pasar di StoneX Financial Ltd, emas sudah overbought di atas US$2.115. Dia mengatakan, lemahnya angka-angka di AS akhir pekan lalu memicu perdagangan teknis dan momentum, ditambah "efek ikut-ikutan (bandwagon)".
Open Interest Emas Berjangka
Data Comex terbaru menunjukkan manajer keuangan menambah posisi long baru, mendorong kenaikan harga emas. Kenaikan open interest tersebut menyiratkan bahwa investor semakin bullish terhadap emas, bukan hanya menutup posisi short yang ada.
Pembelian China
Ekspor Swiss ke China - biasanya merupakan proksi yang baik dari permintaan China akan emas - hampir tiga kali lipat pada Januari, karena konsumen mencari lindung nilai terhadap gejolak di pasar saham dan properti negara itu. Ketika bank-bank milik negara terbesar di negara itu memangkas suku bunga deposito, menyimpan uang di bank menjadi relatif kurang menarik dibandingkan dengan emas batangan.
Selain itu, China termasuk di antara negara dengan bank sentral yang membeli emas untuk mengurangi ketergantungannya pada dolar. China telah menjadi salah satu penimbun emas terbesar dalam setahun terakhir karena negara-negara dari Polandia hingga Singapura mendiversifikasi cadangan keuangan mereka dengan menambahkan logam mulia tersebut.
Pemutusan ETF
Berbeda dengan permintaan bank sentral yang terus-menerus terhadap logam mulia, exchange-traded fund (ETF) yang didukung emas telah mengurangi kepemilikan mereka selama tujuh bulan berturut-turut.
Menurut James Steel, analis di HSBC Holdings Plc, kepemilikan ETF tersebut kemungkinan akan stabil. Itu bisa menambah momentum lebih lanjut pada emas batangan.
(bbn)