Program DST#1 berhasil mengalirkan gas dengan laju alir choke 28/64” sebesar 1 MMSCFD (juta kaki kubik per hari) dan akan dilanjutkan dengan program DST pada dua zona reservoir yang lebih baik dan diperkirakan memiliki potensi kemampuan laju alir (absolute open flow) hingga 10 MMSCFD.
Komposisi temuan gas tersebut memiliki kandungan gas metana di atas 97% dengan komposisi gas yang mirip dengan Lapangan Seng-Segat yang kini berproduksi sebesar 80 MMSCFD.
Tri mengatakan temuan ini diharapkan akan meningkatkan kemampuan pasok gas EMP Bentu Ltd dan juga meningkatkan pendapatan negara serta memberikan dampak signifikan terhadap perekonomian daerah.
Jika menggunakan asumsi harga gas sebesar US$6 per million british thermal units (MMBtu), Tri mengatakan, penjualan tambahan yang dapat dihasilkan oleh Wilayah Kerja Bentu adalah sebesar sekitar US$270.000 per hari atau sebesar sekitar US$100 juta per tahun selama 5 tahun bagi Indonesia dan EMP Bentu Ltd.
Prospek Produksi Gas RI
Business Monitor International (BMI) dari Fitch Group memproyeksikan cadangan gas in-place Indonesia dapat meningkat 11 triliun kaki kubik atau trillion cubic feet (TCF) pada 2024.
Pada Oktober 2023, BMI melanjutkan, SKK Migas mengumumkan dua penemuan gas bumi yang signifikan di Wilayah Kerja Ganal Utara dan Kontrak Kerja Sama (KKS) Andaman Selatan. Wilayah Kerja Ganal Utara di Cekungan Kutai, yang dioperasikan oleh Eni, diperkirakan menampung 5 TCF gas di tempat dan 400 juta barel kondensat.
Penemuan ini termasuk salah satu yang terbesar tahun lalu. Pada Desember 2023, SKK Migas mengungkapkan bahwa Mubadala Energy (South Andaman) RSC LTD telah menemukan cadangan gas yang cukup besar di sumur Layaran-1. Ladang tersebut berpotensi mengandung lebih dari 6 TCF gas di tempat, melebihi cadangan Ganal Utara.
“Penemuan-penemuan baru ini merupakan tambahan yang signifikan terhadap penemuan Harbour's Timpan 1 di Cekungan Sumatera Utara pada tahun 2022 dan terhadap portofolio aset perairan dalam Eni yang diakuisisi dari Chevron,” sebagaimana dikutip melalui laporan BMI, dikutip Kamis (7/3/2024).
Target 12 BCFD Bisa Tercapai
BMI menggarisbawahi keberhasilan eksplorasi memperkuat tujuan Indonesia untuk mencapai target produksi gas sebesar 12 miliar kubik kaki per hari atau billion cubic feet per day (BCFD) pada 2030.
Potensi peningkatan pasokan gas dari ladang Geng North dan proyek-proyek lain di bawah inisiatif Indonesia Deepwater Development (IDD) dapat membantu mengatasi kekurangan pasokan gas untuk produksi gas alam cair atau liquefied natural gas (LNG).
“Proyek Geng North siap memasok volume pengurukan ke kilang LNG Bontang, yang saat ini dilaporkan beroperasi jauh di bawah kapasitas yang ditentukan, yaitu kurang dari 20% dari kapasitas yang ditetapkan. Akses terhadap cadangan gas ini memungkinkan Pertamina untuk memulai kembali kilang LNG yang tidak aktif di kilang Bontang, yang berkapasitas 22,5 juta ton per tahun,” sebagaimana dikutip melalui laporan BMI.
Minat Kuat Investor Asing
BMI mencatat adanya peningkatan nilai investasi pada industri hulu Indonesia secara bulanan pada 2023. Sebagai gambaran, nilai investasi pada Desember berada pada kisaran US$1,5 hingga US$2 miliar. Angka ini meningkat secara bulanan atau month to month (mtm) pada kisaran US$1 hingga US$1,5 miliar.
Dalam kaitan itu, pengembangan aset gas lepas pantai (offshore) yang terbengkalai akan memberikan potensi keuntungan tambahan bagi produksi gas alam.
Prospek blok gas Masela, dengan perkiraan cadangan terbukti sebesar 18,5 TCF gas dan 225 juta barel kondensat, dinilai sangat menjanjikan.
Pengajuan rencana pengembangan atau plan of development (PoD) Masela yang direvisi oleh Inpex, yang mencakup teknologi penangkapan dan penyimpanan karbon (CCS), bertujuan untuk memulai produksi pada awal 2030-an.
Selain itu, keputusan Petronas untuk berpartisipasi dalam kontrak bagi hasil atau production sharing contract (PSC) Masela yang mencakup proyek LNG Abadi semakin menggarisbawahi momentum positif terhadap pengembangan blok tersebut.
Keterlibatan pemain LNG besar seperti Petronas dapat dilihat sebagai langkah signifikan menuju realisasinya. Jika ladang gas Masela dan proyek LNG Abadi yang terkait membuahkan hasil, maka hal tersebut mempunyai potensi untuk menghidupkan kembali lanskap produksi gas Indonesia secara signifikan.
“Kami mempertahankan sikap bullish terhadap produksi gas dari proyek-proyek lepas pantai perairan dalam yang didukung oleh beberapa proyek besar yang sedang direncanakan, menyoroti penekanan strategis pada gas laut dalam lepas pantai sebagai sumber penting produksi di masa depan,” sebagaimana dikutip melalui laporan tersebut.
(wdh)