Sektor saham yang diprediksi akan mencetak kinerja baik tahun ini antara lain saham-saham terkait komoditas di mana sektor metal akan terdorong potensi perbaikan ekonomi di China juga sektor energi yang terungkit laju supply kendati masih terbatas. Akan tetapi, volatilitas akan cukup tinggi di sektor tersebut terlebih bila perlambatan ekonomi global ternyata lebih dalam dari perkiraan.
Adapun sektor defensif seperti sektor consumer goods dan kesehatan kemungkinan bisa menjadi safe haven dari volatilitas pasar. Sementara sektor perbankan masih akan memberikan angin segar dengan kinerja laba dan saham yang baik.
Risiko utama yang dihadapi para investor pada 2023 tak lain adalah bila resesi global ternyata lebih parah daripada perkiraan semula. Risiko juga muncul dari tingkat inflasi yang tak kunjung turun. Juga tekanan dari nilai tukar dolar AS yang masih terus menguat. Bagi pasar Indonesia, situasi itu akan melahirkan risiko valuasi di mana aset di negara-negara lain seperti China akan lebih diminati sehingga dana investor global akan beralih kesana.
Dengan semua variabel itu, IHSG yang sudah lebih menarik di kisaran PER 14x serta yield obligasi pemerintah sudah relatif lebih stabil, Samuel memproyeksikan IHSG bisa mengakhiri tahun 2023 di kisaran 7.504, dengan asumsi forward P/E ratio pada akhir tahun di posisi 14,7x dan pertumbuhan laba bersih emiten sebesar 9,7%.
(rui/aji)