“Untuk sementara kita masih cenderung wait and see terkait dengan dinamika supply dan demand global-nya,” ujarnya.
Terpisah, analis komoditas sekaligus Presiden Komisioner HFX International Berjangka Sutopo Widodo mengatakan sanksi yang diberikan AS ke Rusia memberikan efek sejenak terhadap harga energi terutama batu bara yang meningkat menjadi US$136/ton.
Di lain sisi, target pertumbuhan ekonomi China tahun ini adalah sekitar 5%. Hal ini diproyeksikan bakal menjadi faktor pendukung harga batu bara.
Dengan demikian, harga batu bara dapat menguat hingga mencapai US$152/ton hingga akhir tahun 2024 apabila tetap didukung oleh harga minyak mentah dan pertumbuhan ekonomi China sebagai konsumen batu bara utama.
“Dalam waktu dekat kemungkinan masih menguat hingga ke semester I-2024 di kisaran US$145/ton,” pungkasnya.
Harga batu bara turun pada perdagangan kemarin. Pada Rabu (7/3/2024), harga batu bara di pasar ICE Newcastle untuk pengiriman Maret ditutup di US$136,75/ton, merosot 0,51% dari hari sebelumnya.
Sejak 22 Februari, harga batu bara tidak pernah melemah, dengan capaian tujuh kali menguat dan dua kali stagnan. Sepekan terakhir, harga batu bara masih membukukan kenaikan 4,39% secara point-to-point. Selama sebulan ke belakang, harga terangkat 13,49%.
Dengan gambaran tersebut, wajar saja harga batu bara terkoreksi. Penyebabnya, kenaikan harga yang sudah demikian tinggi tentu menggoda investor untuk merealisasikan keuntungan alias profit taking.
(wdh)