Bloomberg Technoz, Jakarta - Pasar obligasi domestik bersiap menerima limpahan sentimen positif dari reli pasar surat utang global semalam pasca Gubernur Federal Reserve Jerome Powell di hadapan Kongres Amerika Serikat (AS) menyatakan penurunan bunga akan menjadi hal yang tepat dilakukan pada suatu waktu tahun ini.
Indeks harga obligasi di negara maju semalam ditutup menguat 0,44% terdorong reli harga Treasury, surat utang AS, yang terkikis imbal hasilnya ke 4,11% untuk tenor 10 tahun. Surat utang pemerintah Jerman, Bund, juga turun yield-nya untuk tenor 10 tahun ke 2,31%.
Sebelum reli pasar berlangsung semalam, pasar surat utang domestik sudah lebih mendahului kenaikan kemarin, Rabu (6/3/2024). Indeks ICBI ditutup menguat tipis 0,07%. INDOGB 2Y turun 6,5 bps ke 6,207%. Sedangkan INDOGB 10Y turun 1,2 bps ke 6,628%.
Meski masih mencatat posisi net sell di mana posisi asing di Surat Berharga Negara (SBN) semakin rendah di Rp835,24 triliun per 4 Maret lalu, terendah sejak awal Desember, pamor surat utang RI masih cemerlang di mata para pengelola dana global.
Surat utang RI dinilai sebagai salah satu surat utang pilihan di Asia yang akan memberikan keuntungan terbaik ketika babak penurunan bunga global dimulai tahun ini.
Beberapa fund manager kelas kakap dunia menilai, tingkat bunga acuan Indonesia saat ini terbilang cukup tinggi ketika disesuaikan dengan tingkat inflasi.
Itu membuat peluang bagi Bank Indonesia untuk melonggarkan moneter melalui penurunan bunga acuan, BI rate, lebih besar begitu Federal Reserve (The Fed) memulai penurunan bunga acuan yang diperkirakan akan terjadi pada paruh kedua tahun ini. Ketika BI rate turun, harga SBN kemungkinan akan melesat.
Pernyataan Menteri Keuangan Sri Mulyani terakhir juga sepertinya memberikan kepercayaan lebih besar bagi pelaku pasar. Sri Mulyani menjanjikan akan memberi warisan perencanaan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) yang kuat dan kredibel untuk pemerintahan baru nanti.
Hal ini dilakukan untuk bisa melanjutkan tongkat estafet demi mencapai tujuan pembangunan dan pertumbuhan ekonomi nasional. Terutama, sesuai dengan janji-janji politik yang sudah disampaikan sebelumnya oleh presiden terpilih.
"Saya kira dengan menghormati proses politik dan hasil yang diperoleh, sebagai menteri keuangan, tentu saja kami bertanggung jawab untuk memastikan bahwa kami akan memberi warisan anggaran yang kuat dan kredibel," kata Sri Mulyani dalam sesi tanya jawab acara Mandiri Investment Forum 2024 di Jakarta, Selasa (5/3/2024).
Meski begitu, Bendahara Negara itu juga mengingatkan, Indonesia seharusnya tidak mengorbankan kesehatan fiskal sekadar untuk mendorong permintaan dan mengejar pertumbuhan ekonomi.
Sri Mulyani menyatakan, kebijakan fiskal perlu tetap konservatif mengingat rezeki nomplok pendapatan biasanya akan diikuti oleh penurunan penerimaan. Kualitas belanja lebih penting ketimbang besar kecilnya belanja. Menurut Bendahara Negara, Indonesia masih memiliki ruang meningkatkan rasio pajak karena sejauh ini baru 47% perekonomian yang tercakup dalam basis pajak. Sisanya berada di sektor informal yang belum terjangkau pajak.
(rui)