Sementara, pembangunan transmisi akan memakan waktu 7 tahun hingga 8 tahun. Sehingga proses pembangunan transmisi harus dilakukan dengan cepat agar energi terbarukan dari Sumatra bisa dikirim ke Jawa.
“Untuk bisa transfer dari Sumatera dibutuhkan transmisi ke Jawa. Pembangunan itu akan memakan waktu 7-8 tahun makanya dari saat ini kita sudah mulai melakukan proses untuk tendering awal,” ujarnya.
Evy mengatakan Korea berpotensi untuk ikut dalam proses tender, tetapi negara tersebut tidak ikut dalam tahapan document bidding.
Terpisah, Direktur Utama PLN Darmawan Prasodjo pembangkit listrik berbasis EBT biasanya tidak berlokasi di daerah dengan permintaan listrik yang tinggi. PLN tentu harus membangun transmisi untuk memindahkan energi ke daerah dengan permintaan yang tinggi atau disebut dengan istilah green enabling transmission.
“Kalau hidro, ada penambahan demand di Jakarta, tetapi hidro-nya di Aceh, tidak akan bisa hidro-nya pindah ke daerah demandnya,” ujarnya
"Ternyata pembangkitnya potensinya ada di Sumatra Utara dan Aceh, tetapi demand-nya ada di Jakarta, Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur,”
Dengan demikian, diperlukan pembangunan infrastruktur transmisi tersebut sepanjang 47 ribu km di seluruh Indonesia.
“Jadi 47.000 Km, kalau keliling bumi 42.500 Km, ditambah 5.000 Km lagi 47.500 Km. Dalam hal ini ada pembangunan infrastruktur secara masif, price tagnya USD$152 miliar atau sekitar Rp2,300 triliun antara hari ini sampai 2040,” ujarnya.
(dov/ain)