Serangan di bandara terjadi ketika Perdana Menteri Ariel Henry berada di Kenya dengan harapan mendapatkan dukungan bagi pasukan keamanan multinasional. Geng-geng tersebut bersumpah untuk menggulingkan pemerintahannya dan mencegahnya kembali menjabat.
Pada Sabtu, geng-geng menyerbu dua penjara utama negara itu, menewaskan dan melukai petugas polisi dan memungkinkan "pelarian tahanan berbahaya," kata pemerintah. Kedua penjara tersebut menampung lebih dari 5.000 narapidana.
Stadion sepak bola nasional juga diserang, dan sedikitnya sembilan orang tewas sejak Kamis - empat di antaranya adalah petugas polisi.
Kekerasan baru-baru ini menggarisbawahi kegagalan AS dan sekutunya untuk menjaga Haiti tetap stabil setelah memberikan lebih dari US$5,5 miliar kepada negara yang sedang bermasalah itu sejak gempa bumi 2010.
Upaya internasional lainnya sedang berlangsung, di mana Kenya mengatakan siap memimpin pasukan keamanan multinasional yang didukung PBB ke Haiti. Bersama dengan kepolisian Kenya, Benin, Jamaika, dan Bahama telah menawarkan untuk mengirim pasukan. Namun upaya tersebut, yang dijanjikan US$200 juta dari AS, telah terhambat oleh ketidaksetujuan, kontribusi yang loyo, dan penundaan.
Pada hari Senin, Organisasi Negara-Negara Amerika mendesak PBB untuk bergerak cepat. Mereka mengatakan PBB "tidak bertanggung jawab jika terus menunda tindakan dan langkah-langkah yang diperlukan."
Haiti telah bergualat dengan kekerasan geng dan politik selama bertahun-tahun. Situasinya memburuk sejak pembunuhan Presiden Jovenel Moise pada 2021. Pemilu sudah lama tertunda dan semakin banyak seruan agar Perdana Menteri Ariel Henry mundur.
(bbn)