Asosiasi Pertambangan Batu Bara Indonesia (APBI) telah mewaspadai risiko pembengkakan beban biaya operasional akibat tarif royalti sebesar maksimal 13,5%, di tengah tren pelemahan harga batu bara.
Corporate Secretary PTBA Niko Chanda menyatakan, “Perseroan terus berupaya mengoptimalkan kinerja operasional. Kami akan memaksimalkan potensi pasar di dalam negeri serta peluang ekspor ke sejumlah negara yang memiliki prospek pertumbuhan bagus, baik pasar eksisting maupun pasar-pasar baru.”
Dengan kinerja laba bersih yang anjlok, bagaimana peluang dividen PTBA? Niko menjawab seluruhnya dikembalikan kepada pemegang saham, termasuk pemerintah republik Indonesia dan pemegang saham publik.
“Terkait besaran (payout ratio) dividen, ini juga akan menjadi kewenangan pemegang saham yang diputuskan dalam RUPS,” pungkas dia. Sebagai catatan bahwa pada tahun buku 2022, perseroan memutuskan dividen payout ratio setara 100% dari laba, atau setara Rp12,6 triliun.
PTBA menjadi yang paling besar membagikan dividen dibandingkan dengan PT Aneka Tambang Tbk (ANTM), dan PT Timah Tbk (TINS), anggota holding BUMN pertambangan di bawah bendera PT Mineral Industri Indonesia (MIND ID).
Menteri BUMN Selasa kemarin memastikan bahwa akan mengoptimalkan dividen anggota MIND ID untuk pembayaran akuisisi 14% saham PT Vale Indonesia Tbk (INCO). MIND ID saat ini memegang porsi pemegang saham terbanyak di PTBA, dengan porsi sebesar 65,93%.
(wep)