Pelaku pasar cenderung skeptis menanggapi pernyataan Prabowo ditandai dengan pelemahan rupiah dalam penutupan pasar kemarin ke posisi Rp15.769/US$. Bahkan rupiah sempat menyentuh level terlemah sejak 1 Februari di posisi Rp15.778/US$ kemarin.
Harga obligasi juga tertekan dengan indeks ICBI ditutup melemah 0,1%. Sedangkan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) juga melemah 0,4% kemarin.
Kendati dinamika yang dihadapi pasar keuangan domestik tidak bisa dilepaskan dari sentimen global, akan tetapi kekhawatiran terhadap arah kebijakan ekonomi pemerintahan baru juga membuat para pemodal menahan diri, bahkan melepas posisi di aset-aset rupiah.
Sejak pekan lalu, arus keluar modal asing dari pasar saham sebesar US$ 265,34 juta, sekitar Rp4,18 triliun (asumsi kurs JISDOR Rp15.756/US$). Sementara pekan lalu, arus modal keluar dari pasar surat utang mencapai US$ 55,89 juta, setara Rp880 miliar. Hal tersebut berlanjut pada Senin lalu di mana arus keluar modal asing dari pasar surat utang memuncak, mencapai US$118,19 juta, sekitar Rp1,86 triliun.
"Keluarnya modal asing sangat terasa di pasar obligasi terutama untuk INDOGB 2Y yang mencatat kenaikan yield hingga 11 bps menjadi 6,36% dalam dua hari terakhir di kala pergerakan yield tenor lain cenderung datang," kata Macroecomic and Fixed Income Research Team dari Mega Capital Sekuritas, Lionel Prayadi dan Nanda Puput R., dalam catatannya pagi ini.
Rupiah telah melemah 2,4% year-to-date sampai level penutupan di pasar spot kemarin. Menurut analis, arus keluar modal asing itu juga agaknya mendorong pemerintah mengurangi jumlah penerbitan SBSN (sukuk negara) dalam lelang kemarin yaitu hanya Rp7,38 triliun dari target indikatif Rp12 triliun.
Selain karena permintaan yang masuk juga lebih rendah yaitu di kisaran Rp17,05 triliun, turun dari incoming bids lelang sukuk sebelumnya sebesar Rp19,88 triliun, nilai penerbitan yang lebih rendah oleh pemerintah juga untuk menahan agar harga surat utang tidak semakin tertekan karena penambahan pasokan di pasar sekunder.
Hari ini, analis memperkirakan pergerakan harga obligasi negara masih akan tertekan di mana yield INDOGB 2Y diprediksi masih akan naik ke 6,35%-6,45%. Sementara tenor 10Y diperkirakan stabil di 6,6%-6,7%.
Sedangkan untuk surat utang RI berdenominasi dolar AS (INDON), diprediksi akan terungkit aksi beli menyusul data PMI ISM jasa Amerika yang mengindikasikan potensi cooling di pasar tenaga kerja AS. "Sentimen positif global berpeluang memicu aksi beli di pasar INDON terutama tenor 2Y, 5Y dan 10Y," kata Lionel.
Sementara Bank Indonesia diprediksi akan masuk ke pasar mengintervensi rupiah agar tidak sampai menjebol level psikologis Rp15.800/US$.
Mengacu data Bloomberg, rupiah bergerak menguat ke Rp15.743/US$ pada pukul 10.00 WIB. Sedang harga obligasi rupiah, INDOGB, mayoritas naik, terindikasi dari penurunan yield INDOGB tenor 2Y, 3Y, 5Y dan 10Y. Sedangkan INDON semua tenor terlihat melandai yield-nya terutama tenor 10Y yang turun 1,5 bps ke 4,97%.
(rui/aji)