Ketika ditanya alasan langkah Pentagon ini, juru bicara Jeff Jurgensen mengatakan "departemen pertahanan berupaya transparan mungkin sejalan dengan panduan keamanan operasional yang melindungi informasi rahasia."
Anggota DPR Rob Wittman, ketua subkomite angkatan bersenjata DPR yang mengawasi program ini, emngatakan bahwa dia akan mengkaji laporan uji cob aitu dan berharap Pentagon "akan transparan terkait pembelian termahal militer AS itu." Meski banyak bagian "yang memang harus dirahasiakan," warga AS "juga berhak mengetahui terkait pembelanjaan pajak mereka," ujarnya dalam pernyataan tertulis.
Cap rahasia untuk laporan sepanjang lebih dari 200 halaman ini juga dikenakan pada surat ke Menteri Pertahanan Lloyd Austin dan anggota komite yang membawahi urusan pertahanan.
Para pejabat Pentagon akan bertemu pada Kamis (7/2/2024) untuk membicarakan apakah program pembelian F-35 senilai US$438 miliar ini bisa memasuki fase produksi penuh, keputusan yang molor dari jadwal semula di April 2019.
Persetujuan itu tampaknya hanya formalitas karena Lockheed sudah melakukan produksi secara penuh, dan AS sudah terikat kontrak membeli 881 jet itu atau sekitar 36% dari 2.456 yang direncanakan.
Lockheed sudah mengirim hampir 1.000 jet ini, 650 diantaranya untuk militer AS dan sisanya untuk negara sahabat seperti Inggris, Norwegia, Belanda, Israel, Korea Selatan dan Jepang. Bulan lalu, Singapura mengumumkan akan membeli F-35 tambahan.
"Sangat tidak biasa seluruh laporan dikategorikan rahasia," kata Tom Christie, mantan kepala uji coba Pentagon periode 2001-2005 ketika F-35 mulai dikembangkan.
"Beberapa tahun lalu, mayorigas laporan akan dikategorikan bukan rahasia sementara informasi sensitif dimasukkan dalam lampiran yang bersifat rahasia," tambahnya.
(bbn)