Menteri Keuangan Sri Mulyani Indarwati (SMI) dalam statemennya kemarin menyoroti, Indonesia seharusnya tidak mengorbankan kesehatan fiskal sekadar untuk mendorong permintaan dan mengejar pertumbuhan ekonomi.
SMI menyatakan, kebijakan fiskal perlu tetap konservatif mengingat rezeki nomplok pendapatan biasanya akan diikuti oleh penurunan penerimaan. Kualitas belanja lebih penting ketimbang besar kecilnya belanja. Menurut Bendahara Negara ini, Indonesia masih memiliki ruang meningkatkan rasio pajak karena sejauh ini baru 47% perekonomian yang tercakup dalam basis pajak. Sisanya berada di sektor informal yang belum terjangkau pajak.
Pernyataan SMI itu muncul setelah di forum yang sama Menteri Pertahanan Prabowo Subianto, yang telah mengklaim kemenangan dalam Pilpres 14 Februari, menyatakan ambisinya membawa Indonesia tumbuh 8% dalam tiga hingga lima tahun ke depan bila menjabat sebagai presiden.
Dalam forum yang sama, Gubernur Bank Indonesia Perry Warjiyo kembali menegaskan stance kebijakan bank sentral yang kemungkinan baru akan menurunkan bunga BI rate pada semester dua tahun ini.
“Kami untuk sementara waktu akan tetap menjaga suku bunga di angka 6%. Tetapi disini kami melihat adanya ruang untuk menurunkan tingkat suku bunga untuk semester mendatang,” kata Perry.
Indeks harga obligasi (ICBI) kemarin ditutup melemah tipis 0,1%, begitu juga Indeks harga saham (IHSG) yang juga melemah 0,4% dalam perdagangan Selasa (5/3/2024).
Lelang sukuk negara (SBSN) mencatat penurunan permintaan masuk, hanya sebesar Rp17,05 triliun, turun 14,2% dibanding nilai permintaan masuk dalam lelang sukuk sebelumnya.
Rupiah spot pun terseret ditutup melemah 0,18% ke posisi Rp15.769/US$. Sedangkan kurs tengah JISDOR BI juga terperosok ke RP15.756/US$.
Data perkembangan sektor jasa AS yang dirilis semalam memperlihatkan penurunan rekrutmen tenaga kerja meski aktivitas bisnis dan produksi meningkat cepat.
Nanti malam, pelaku pasar menanti rilis aplikasi KPR Amerika dan perkembangan rekrutmen tenaga kerja JOLTS Opening dilanjutkan keesokan hari akan ada rilis Beige Book Federal Reserve.
(rui)