Laporan kerja tersebut menghilangkan slogan "perumahan adalah untuk tempat tinggal, bukan spekulasi" untuk pertama kalinya sejak 2019, ketika para pemimpin puncak mencoba untuk menstabilkan industri yang pernah mendorong sekitar seperempat output ekonomi. Frasa ini secara konsisten digunakan oleh para pejabat sejak 2016, dan menjadi cara penting bagi Beijing untuk mengisyaratkan niatnya untuk mendinginkan pasar yang terlalu panas.
Pemerintah juga berjanji untuk meningkatkan pembiayaan untuk bisnis swasta. Pemerintah berencana untuk meningkatkan pinjaman dan memperluas skala penerbitan obligasi untuk perusahaan-perusahaan tersebut.
Indeks Bloomberg Intelligence untuk saham-saham pengembang China turun sebanyak 2,9% pada Selasa. Indeks ini telah turun 57% dalam satu tahun terakhir.
Beijing berencana untuk memperbaiki sistem pengawasan untuk "manajemen terpadu" utang pemerintah daerah, kata laporan tersebut. Krisis properti telah membebani pemerintah daerah, yang mengandalkan sebagian besar pendapatan mereka dari penjualan tanah.
"Kami akan meredakan risiko-risiko di real estat, utang pemerintah daerah, dan institusi-institusi keuangan kecil dan menengah dengan menangani gejala-gejala dan akar penyebabnya," kata laporan tersebut.
Pemerintah juga berjanji untuk memperketat pengelolaan dana pra-penjualan dari proyek-proyek perumahan yang sedang dibangun, "dengan perusahaan-perusahaan real estat sebagai penanggung jawab utama," kata Komisi Pembangunan dan Reformasi Nasional dalam sebuah laporan terpisah.
Rumah-rumah baru di China biasanya dijual sebelum selesai dibangun, dan beberapa pengembang yang kekurangan dana kesulitan untuk membangunnya meskipun dana tersebut disimpan di rekening penampungan.
Kemerosotan real estat terus membebani para pengembang. Country Garden Holdings Co sedang menghadapi permohonan likuidasi di Hong Kong, hanya sebulan setelah raksasa industri lainnya, China Evergrande Group, dibubarkan pada Januari.
China Vanke, perusahaan real estat terbesar kedua di negara ini, mengalami penurunan harga saham dan obligasi pada rekor terendah minggu ini setelah adanya kekhawatiran baru bahwa perusahaan ini mungkin membutuhkan lebih banyak ruang untuk membayar para kreditur.
China juga mengumumkan rencana untuk menerbitkan 1 triliun yuan ($139 miliar) obligasi pemerintah pusat khusus jangka panjang tahun ini. Ini merupakan penjualan keempat kalinya dalam 26 tahun terakhir, dengan yang terakhir pada tahun 2020 ketika pihak berwenang menerbitkan obligasi senilai 1 triliun yuan untuk membiayai langkah-langkah tanggap pandemi.
Langkah tersebut--yang dilaporkan Bloomberg News pada Januari sedang dipertimbangkan--menandakan fokus pemerintah Xi tahun ini untuk memanfaatkan dukungan fiskal untuk membantu perekonomian, yang juga menghadapi tekanan dari deflasi dan penurunan kepercayaan konsumen.
(bbn)