Selain itu, penjualan domestik batu bara oleh ADRO pada 2023 adalah US$1,03 miliar atau setara Rp16,26 triliun. Angka ini tumbuh 4,59% dibandingkan penjualan pada 2022 sebesar US$987,63 juta atau setara Rp15,46 triliun.
Dalam kaitan itu, ADRO melakukan 2 jenis penjualan domestik, yakni penjualan ke pihak ketiga dan pihak berelasi dengan masing-masing sebesar US$825,36 juta dan US$207,62 juta pada 2023.
ADRO mencatat terdapat Keputusan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) No.58.K/HK.02/MEM.B/2022 tentang Harga Jual Batu Bara untuk Pemenuhan Kebutuhan Bahan Baku/Bahan Bakar Industri Semen dan Pupuk di Dalam Negeri.
Menurut ADRO, implementasi Kepmen tersebut akan membuat harga penjualan batu bara Grup ke pasar industri domestik, selain ke industri pemurnian/pengolahan mineral logam, akan mengalami penurunan dibandingkan dengan proyeksi sebelumnya.
“Namun demikian, manajemen berpendapat bahwa implementasi Kepmen tersebut tidak berdampak signifikan terhadap penjualan dan kinerja keuangan Grup,” tulis perseroan melalui laporan keuangan 2023, dikutip Selasa (5/3/2024).
Adapun, volume produksi PT Adaro Energy Indonesia Tbk dan perusahaan-perusahaan anak (Grup Adaro) mencapai 65,88 juta ton pada tahun fiskal atau fiscal year (FY) 2023, setara dengan kenaikan 5% dari FY 2022.
Sebelumnya, Direktur Eksekutif Asosiasi Pertambangan Batubara Indonesia/Indonesian Coal Mining Association (APBI/ICMA) Hendra Sinadia membenarkan harga batu bara pada 2023 sangat volatil, bahkan mencapai titik terendah sejak Mei 2021.
Walakin, jika dibandingkan dengan 2020, harga batu bara saat ini sebenarnya masih jauh lebih bagus.
“Tren penurunan harga saat ini diakibatkan pasar yang oversupply. Produksi meningkat, sementara demand – meski meningkat – tidak mengimbangi pasokan. Ekspor kita ke China masih cukup kuat, lebih dari 30%. Sementara itu, total impor China lebih separuhnya dari Indonesia,” ujarnya saat dihubungi, Senin (6/11/2023).
(dov/wdh)