Logo Bloomberg Technoz

Semula pasar memperkirakan pivot fed fund rate akan dimulai Maret dengan besaran 150 bps. Lalu, berbagai data ekonomi terakhir memupus harapan itu menjadi tinggal setengahnya dan dimulai paling cepat Juni.

Terakhir, pernyataan pejabat The Fed Raphael Bostic semakin memperkecil ekspektasi itu. Gubernur The Fed Atlanta itu menyatakan, penurunan Fed fund rate pertama kali kemungkinan baru akan terjadi pada kuartal tiga tahun ini di mana hal itu akan diikuti oleh jeda (mempertahankan bunga) karena bank sentral butuh untuk melihat dulu sejauh mana perubahan kebijakan moneter itu akan mempengaruhi perekonomian.

Pernyataan hawkish ini memang tidak langsung melambungkan pamor dolar Amerika Serikat (AS). Namun, imbal hasil Treasury bergerak naik di kisaran tipis, sedangkan harga saham jatuh. Para trader di pasar swap juga mengikis probabilitas penurunan bunga pada Juni nanti menjadi 52,7% dari tadinya 56,8%.

Sementara di mata pengelola modal global, surat utang terbitan Indonesia sebenarnya menjadi pilihan obligasi terbaik di Asia ketika kelak siklus penurunan bunga global berlangsung benar-benar dimulai. 

Beberapa fund manager kelas kakap dunia menilai, tingkat bunga acuan Indonesia saat ini terbilang cukup tinggi ketika disesuaikan dengan tingkat inflasi. Itu membuat peluang bagi Bank Indonesia untuk melonggarkan moneter melalui penurunan bunga acuan, BI rate, lebih besar begitu The Fed mulai menurunkan bunga. 

Dengan kini proyeksi penurunan mundur ke kuartal III, berarti peluang Bank Indonesia memangkas bunga juga ikut mundur karena faktor The Fed sangat diperhitungkan oleh bank sentral dalam memulai pelonggaran moneter demi menjaga stabilitas rupiah.

Sejak awal tahun, memang terlihat pemodal asing masih cenderung menjauhi surat utang RI. Investor asing pekan lalu mencetak posisi jual bersih di pasar saham dan surat berharga negara (SBN) masing-masing senilai Rp820 miliar dan Rp2,64 triliun, berdasarkan data transaksi 26-29 Februari menurut laporan Bank Indonesia.

Sementara pada periode yang sama, pemodal asing masih mencetak Rp1,46 triliun di Sekuritas Rupiah Bank Indonesia (SRBI). Alhasil, selama rentang waktu tersebut, pemodal asing masih mencetak posisi jual bersih senilai total Rp2 triliun di pasar keuangan domestik.

Apabila menghitung sepanjang 2024 sampai data setelmen akhir Februari, pemodal asing masih mencatat posisi jual (net sell) di SBN senilai Rp4,93 triliun. Sementara di pasar saham dan SRBI, asing masih mencetak posisi net buy masing-masing Rp20 triliun dan Rp25,51 triliun. 

(rui/aji)

No more pages