Bersamaan dengan upaya untuk mengendalikan inflasi harga pangan, lanjut Erick, pemerintah berniat menstabilkan harga BBM agar tidak ikut naik. Dengan demikian, dia berharap konsumsi dan daya beli masyarakat tidak tercederai, yang ujungnya adalah kestabilan pertumbuhan ekonomi.
Terkait dengan risiko kerugian Pertamina dalam menjalankan kebijakan menahan harga BBM sampai pertengahan tahun, Erick menegaskan hal itu adalah konsekuensi perusahaan pelat merah dalam menjaga keterjangkauan harga bagi masyarakat.
“Pasti ada adjustment, tetapi selama kita bekerja sama, seluruh kementerian untuk berpihak dengan policy [yang pro] rakyat, kita tidak boleh bilang untung dan tidak untung. Hari ini kita harus jaga kestabilan ekonomi Indonesia. Apalagi, Jepang sudah mulai krisis, Inggris juga.”
Sinyal Boncos Pertamina
PT Pertamina Patra Niaga sebelumnya kembali merespons soal permintaan pemerintah agar perseroan tidak menaikkan harga bahan BBM, baik jenis subsidi maupun nonsubsidi, hingga Juni tahun ini.
Dengan adanya keputusan itu, Pertamina pun terpantau telah menahan harga seluruh jenis BBM-nya sejak Februari dan Maret, berbanding terbalik dengan operator stasiun pengisian bahan bakar umum (SPBU) lain yang kompak menaikkan harga.
"Untuk sementara harga BBM nonsubsidi hari ini, 1 maret 2024 tidak ada perubahan, jadi masih sama dengan harga sebelumnya atau harga pada Februari," ujar VP Corporate Communication Pertamina Patra Niaga Irto Ginting saat dihubungi, Jumat (1/3/2024).
Irto mengatakan perseroan terus memantau tren pergerakan harga minyak global, berikut dengan nilai kurs rupiah, yang sangat berpengaruh terhadap perubahan harga BBM ke depan.
"Bila tidak adanya penyesuaian harga BBM nonsubsidi, sementara MOPS [Mean of Platss Singapore] dan kurs naik, tentunya akan mengkoreksi potensi revenue [Pertamina]," ujar dia.
Pemerintah memang sebelumnya telah menjanjikan bahwa tidak akan menaikkan harga BBM subsidi maupun nonsubsidi hingga pertengahan tahun ini.
Keputusan itu diambil berdasarkan hasil sidang paripurna Presiden Joko Widodo atau Jokowi bersama menteri kabinetnya pada Senin (26/2/2024).
"Diputuskan dalam sidang kabinet paripurna tidak ada kenaikan [tarif] listrik, tidak ada kenaikan [harga] BBM sampai Juni [2024], baik itu yang subsidi maupun nonsubsidi," ujar Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto saat ditemui, Senin.
Bersamaan dengan itu, kalangan ekonom pun memperkirakan harga minyak dunia berada di rentang US$80—US$85 per barel hingga akhir semester I-2024.
Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) juga merespons soal keputusan Pertamina yang kembali menahan harga BBM jenis nonsubsidinya pada Februari dan Maret tahun ini.
Sekretaris Jenderal Kementerian ESDM Dadan Kusdiana mengatakan keputusan itu sedianya memang telah menjadi wewenang badan usaha, yang telah memperhitungkan nilai keekonomian berdasarkan flukstuasi harga minyak global dan pertimbangan lainnya.
"Jelas ada aturannya disitu, sepanjang dia masih dalam koridornya, dan itu wilayahnya kan ada di badan usaha. Kita tidak ada intervensi apa-apa," ujar Dadan saat ditemui, Jumat (1/3/2024).
Dadan menambahkan fluktuasi pergerakan harga minyak global saat ini pun sudah terlihat jelas, yang menunjukkan pergerakan relatif stabil.
"Saya kan tiap hari punya angkanya untuk Brent. Brent ini pernah ke angka US$78/barel, pernah juga ke US$83/barel, dan kalau sekarang misalkan naik, juga bukan kenaikannya hari ini, tetapi [mungkin] pada hari berikutnya."
Per 1 Maret, Pertamina memang terpantau tidak mengubah harga BBM jenis nonsubsidinya, atau sama seperti yang dilakukannya sejak Februari.
Melansir laman resminya, harga BBM nonsubsidi jenis Pertamax (RON 92) terpantau masih berada di Rp12.950/liter. Sementara itu, harga Pertamax Turbo (RON 95) juga masih dibanderol Rp14.400/liter.
Untuk BBM dieselnya, yakni Dexlite dan Pertamina Dex juga kini masih dibanderol masing-masing Rp14.450 dan Rp15.100/liter. Pertamax Green juga tetap di Rp13.900/liter.
(wdh)