Pada kesempatan terpisah, Kepala Badan Pangan Nasional (Bapanas) Arief Prasetyo Adi menyatakan realisasi panen yang meningkat akan menjadi kunci utama dalam penurunan harga gabah, yang pada gilirannya bakal memengaruhi harga beras secara keseluruhan.
"Perlu disampaikan update perberasan hari ini, harga akan mulai terkoreksi seiring dengan berjalannya panen yang angkanya kurang lebih 3—3,5 juta ton dari kebutuhan kita 2,5—2,6 juta ton," kata Arief dalam Rapat Koordinasi Pengamanan Pasokan dan Harga Pangan, Senin (4/3/2024).
Arief lantas menyebut sudah banyak daerah-daerah yang telah berhasil panen di antaranya Lamongan, Tuban, Bojonegoro (Jawa Timur), Sragen, Ngawi, Grobogan (Jawa Tengah), Lampung, dan Sumatera Selatan.
Meski demikian, dirinya menjelaskan rerata harga gabah nasional saat ini telah melampaui Rp7.040/kg dibandingkankan dengan sebelumnya yang mencapai Rp8.000/kg.
Hal ini dapat terjadi karena kurang terjaganya sistem pengawasan dari hulu ke hilir. Walhasil, tugas menjaga pasokan pangan sangat diperlukan.
"Kegiatan ini sangat penting karena harus menjaga pangan dari hulu sampai dengan hilir saya yakin untuk faktor input inbound production logistics ujungnya ada outlet-outlet kita harus pastikan baik dan kalau kita lihat seperti ini," jelasnya.
"Ekosistem pangan yang harus dibangun dan sudah dibangun tentunya memperhatikan dua hal. Pertama, menjaga nilai tukar petani, utamanya tanaman pangan yang angka sudah di atas 116%—125%. Kedua, juga harus dijaga harga hilir tentunya dengan HET [harga eceran tertinggi] yang kita jaga bersama," tegasnya.
(wdh)