Pelaku pasar menilai sanksi terbaru itu bisa mempengaruhi permintaan batu bara Rusia. Sejak perang meletus di Ukraina, negara yang dipimpin Presiden Vladimir Putin itu menjual sumber daya alam dengan harga diskon dan dibeli oleh sejumlah negara seperti India dan China.
“Dengan sanksi baru ini, saya tidak berpikir perusahaan-perusahaan besar di India ingin membeli batu bara dari Rusia. Pengiriman tidak akan berhenti, tetapi orang-orang akan lebih menghindari barang dari Rusia,” ungkap seorang trader di India di sela-sela acara Coaltrans Conference di Goa (India), seperti diberitakan Bloomberg News.
Saat pasokan batu bara murah dari Rusia makin sulit masuk ke pasar, maka pembentukan harga akan berubah. Harga akan bergerak naik, karena tidak ada lagi barang murah yang tersedia dengan mudah.
Namun, ini akan menguntungkan bagi negara-negara produsen batu bara lainnya, termasuk Indonesia. Permintaan batu bara Indonesia bisa meningkat, karena menggantikan posisi yang sebelumnya ditempati Rusia.
Analisis Teknikal
Secara teknikal dengan perspektif harian (daily time frame), batu bara memang masih bullish. Terlihat dari Relative Strength Index (RSI) yang sebesar 69,99. RSI di atas 50 menunjukkan suatu aset sedang dalam posisi bullish.
Namun perlu diwaspadai bahwa indikator Stochastic RSI sudah berada di angka 100. Sudah maksimal, sudah sangat jenuh beli (overbought).
Oleh karena itu, kemungkinan harga batu bara akan memasuki fase konsolidasi. Target support terdekat ada di US$ 125/ton. Jika tertembus, maka US$ 122/ton bisa menjadi target selanjutnya.
Sementara target resisten terdekat adalah US$ 137/ton. Penembusan di titik ini bisa membawa harga batu bara naik ke arah US$ 142/ton.
(aji)