Dalam perkembangannya proyek tidak berjalan mulus. Potensi penjualan mobil listrik lesu, harga menjadi tinggi, termasuk adanya kurangnya infrastruktur pengisian daya membuat pembeli enggan beralih ke kendaraan listrik. Produsen mobil konvensional, General Motors Co dan Ford bahkan beralih memproduksi lebih banyak kendaraan hybrid.
Kedua penggiat otomotif utama itu menghadapi lesunya permintaan kendaraan listrik dan hambatan produksi. Pada saat yang sama produsen existing memangkas harga mobil EV, target produksi, dan perkiraan laba.
Apple juga memutuskan mengganti kepala tim proyek beberapa kali, saat Doug Field pindah menjadi eksekutif senior di Ford Motor Co, digantikan oleh Jeff Williams, yang menduduki posisi Chief Operating Officer (COO) Apple dan Kevin Lynch, VP pengembangan mobil listrik swakemudi perusahaan.
Keputusan menghentikan proyek “Apple Car” berdampak pada 2.000 karyawan yang tergabung dalam tim ini, dengan sebagian karyawan Special Projects Group (SPG) berpindah ke divisi kecerdasan buatan, dengan peran baru di berbagai proyek AI generatif.
Karyawan dengan latar belakang insinyur perangkat hardware dan desainer kendaraan juga berpeluang pindah unit bisnis lainnya. Beberapa lainnya bahkan mungkin akan terkena pemutusan hubungan kerja (PHK), namun belum diketahui jumlahnya.
Pertumbuhan industri mobil listrik juga diklaim Tesla jauh lebih lemah, di AS akan melambat 11% sepanjang 2024, menjauh dari perkiraan tingkat pertumbuhan 47% pada tahun sebelumnya 2023, versi perkiraan UBS AG.
Meski begitu Elon Musk tetap menghidupkan kembali rencana Tesla Roadster, sebuah mobil sport performa berkolaborasi dengan perusahaan milik dia lainnya, Space Exploration Technologies Corp. Peluncuran Roadster rencananya pada akhir 2024, dengan akan mengirimkan mobil tersebut tahun depan.
Musk pertama kali meluncurkan prototipe Roadster generasi kedua pada akhir 2017. Ia mengatakan bahwa mobil itu akan tiba tiga tahun kemudian.
Tesla mengenakan biaya sebanyak US$250.000 untuk pemesanan pada saat mereka kehabisan uang tunai dan berjuang untuk meningkatkan produksi sedan Model 3.
Roadster generasi pertama Tesla didasarkan pada sasis Lotus Elise dan tidak diproduksi lagi pada tahun 2012, ketika perusahaan meluncurkan sedan Model S. Enam tahun yang lalu bulan Februari, Musk meluncurkan Roadster berwarna merah dengan balutan pemasaran “dikendarai” ke orbit dengan roket SpaceX.
Produsen EV asal China, BYD Co, yang telah mengalahkan Tesla dalam penjualan, juga fokus pada pengambangan mobil sport premium dengan memperkenalkan Yangwang U9. Mobil yang dikhususkan untuk pasar China dibanderol Rp3,6 miliar (untuk versi paling mahal).
Yangwang U9 jadi bentuk keseriusan BYD dalam persaingan mobil listrik canggih dan akan bersaing ketat dengan kendaraan bermesin pembakaran dalam atau internal combustion engine (ICE), seperti Ferrari NV dan Lamborghini. EV canggih milik BYD lain dengan model SUV, Yangwang U8, bahkan bisa berjalan di atas air dan mampu berputar 360 derajat di tempat. Ini masih ditambah dengan Fang Cheng Bao.
Melebarkan sayap pengembangan ke mobil premium, tidak sebatas mobil listrik murah, merupakan bagian dari strategi ‘menyerang’ BYD ke produsen mobil berteknologi konvensional, seperti Toyota dan Nissan, tulis Morgan Stanley.
Xiaomi juga tidak mau kalah. Produsen smartphone itu luncurkan mobil sport listrik bernama SU7 dengan spesifikasi jarak tempuh hingga 800 km per satu kali pengisian daya. Xiaomi SU7 dapat melaju dari 0 hingga 100 kpj dalam 2,78 detik. SU7 diklaim punya kecepatan 265 km/jam.
Lei Jun, CEO dan Founder Xiaomi bahkan terjun langsung pada proyek bernilai US$10 miliar, dan menunjuk Presiden grup perusahaan, William Lu, untuk meneruskan tanggung jawab bisnis smartphone. Lei Jun akan fokus pada pengembagan mobil listrik Xiaomi.
Pengekor lain adalah Huawei, pabrik perangkat elektronik besar, juga berasal dari China. Di salah toko ritelnya di Shanghai atau Shenzhen, Huawei memajang mobil EV jenis SUV seharga US$34.300. Target raksasa teknologi ini tidak membuatnya sendiri. Huawei memilih ingin menjadi pemasok mobil yang berspesialisasi dalam teknologi, seperti sistem operasi mobil dan mengemudi dengan bantuan — peluang pertumbuhan utama karena mobil menjadi semakin sarat teknologi.
Pada SUV bernama Aito M7 misal, Huawei menggandeng lima mitra produsen kendaraan listrik, termasuk Seres Group Co. Pada perkenalannya jelang akhir 2023, terdapat model Avatr 12 coupe mewah yang diproduksi oleh Chongqing Changan Automobile Co, dan sedan Luxeed S7 hasil kolaborasi dengan Chery Automobile Co.
Konsep kemitraan dijalani Huawei demi mendistribusi risiko di pasar mobil listrik China yang semakin berkembang. Pada bagian lain, tidak semua produsen mobil listrik mampu bertahan dalam kompetisi, seperti WM Motor dan EV China milik Evergrande Group yang sedang mengajukan restrukturisasi.
Perusahaan lainnya bergabung untuk mengumpulkan sumber daya dan teknologi. Volkswagen AG dan divisi Audi-nya telah mencapai kesepakatan dengan produsen EV Xpeng Inc dan IM Motors untuk mendapatkan akses ke teknologi mereka. Stellantis NV menginvestasikan US$ 1,1 miliar untuk mengambil 21% saham di perusahaan startup mobil listrik yang berbasis di Hangzhou, Zhejiang Leapmotor Technology Ltd.
Alhasil, keputusan Apple Inc membatalkan proyek paling ambisius dalam sejarah perusahaan—yang telah diinisiasi selama satu dekade— merupakan pertaruhan terbaru dengan menggeser fokusnya di bidang AI dan perangkat realitas campuran.
—Dengan asistensi Craig Trudell, Linda Lew, Mark Gurman.
(dov/wep)