Logo Bloomberg Technoz

Inflasi Personal Consumption Expenditure (PCE) yang menjadi favorit Federal Reserve dalam meramu kebijakan moneter, melandai di 2,4% year-on-year pada Januari dari 2,6% pada Desember. Angka itu sesuai konsensus pasar. Sementara inflasi inti PCE Januari tercatat 2,8% year-on-year, sedikit berubah dari bulan sebelumnya di 2,9%. 

Adapun secara bulanan, inflasi PCE dan inflasi inti PCE tercatat masing-masing 0,3% dan 0,4%, lebih tinggi ketimbang angka Desember yang sebesar 0,2% meskipun angka itu masih sesuai perkiraan pasar. Sedangkan inflasi super core (yang tidak memasukkan sewa perumahan), naik tajam 0,6% month-to-month pada Januari dibanding 0,3% mtm di bulan sebelumnya. Secara tahunan indikator ini tercatat di angka 3,5% dibanding 3,3%. Bila mengacu pada basis satu, tiga dan enam bulan, angkanya naik sebesar 7,4%, 4,1% dan 3,4%. 

"Menurut kami, kuatnya angka inflasi sebagian besar didorong oleh 'January Effect' di mana perusahaan cenderung menaikkan harga di awal tahun. Februari juga mungkin masih ada sisa efeknya sehingga baru pada Maret nanti kita bisa melihat lebih baik apakah kemajuan disinflasi itu telah terhenti dan hal ini belum kita antisipasi," jelas Anna.

Prediksi ekonom Bloomberg, inflasi inti secara tahunan akan menyentuh 2,5% atau lebih rendah pada pertengahan tahu ini sehingga memungkinkan The Fed meningkatkan bobot mandatnya terhadap situasi ketenagakerjaan di AS.

Sementara data lain yakni personal income dan personal spending, masing-masing tercatat naik 1% dan 0,2% pada Januari di mana angka pertumbuhan pendapatan pribadi itu lebih tinggi ketimbang perkiraan pasar.

"Ada banyak tanda bahwa booming pasar saham mendukung pertumbuhan pendapatan dan kenaikan inflasi. Bila reli pasar terus berlanjut, akan semakin sulit bagi The Fed menganggap kebangkitan ekonomi ini sifatnya sementara. Kami perkirakan The Fed akan mulai pivot pada Mei, namun hal ini semakin sulit dilakukan antara Mei dan Juni," kata Anna.

Klaim pengangguran pada pekan yang berakhir 24 Januari juga tercatat lebih tinggi sebesar 215.000 klaim dari tadinya 201.000 klaim dan lebih besar dibandingkan perkiraan pasar. Sedangkan klaim pengangguran lanjutan menembus angka 1,9 juta klaim, lebih tinggi ketimbang prediksi dan melampaui angka pekan sebelumnya di 1,86 juta klaim.

Menurut ekonom Bloomberg, meski inflasi yang masih tinggi juga laju pendapatan mungkin tidak menggerakkan The Fed menimbang penurunan bunga, otoritas mungkin cenderung mengabaikan sinyal itu. "Kami masih memperkirakan The Fed akan mulai melakukan penurunan bunga mulai Mei, ini karena tingkat pengeluaran rumah tangga kami prediksi turun seiring pemburukan neraca rumah tangga dan pelemahan pasar tenaga kerja," jelas Anna.

Pasar Treasury, surat utang AS, cenderung stabil pasca pengumuman tersebut dengan UST-10Y sedikit berubah ke level 4,25%. Sedangkan indeks saham di Wall Street memecahkan rekor terutama karena NVIDIA, saham teknologi yang disebut sebagai yang paling berharga saat ini. 

Gubernur The Fed San Fransisco Mary Daly berkomentar, bank sentral siap memangkas bunga bila memang dibutuhkan akan tetapi sejauh ini belum terlihat ada urgensi untuk melakukan hal itu melihat betapa kuatnya perekonomian AS sampai saat ini.

Presiden Federal Reserve Bank of San Francisco Mary Daly. (Dok Bloomberg)

"Tidak ada risiko terhadap goyahnya perekonomian," kata Daly dalam wawancara hari Kamis bersama Bloomberg TV.

Data pasar tenaga kerja, belanja konsumen dan pertumbuhan ekonomi, menurut pejabat The Fed, masih menunjukkan perekonomian terbesar di dunia itu masih begitu perkasa.

Komentar bernada hawkish ini akan semakin memperkecil ekspektasi pelaku pasar terhadap potensi penurunan bunga acuan The Fed tahun ini. Pasar saat ini cenderung berekspektasi bunga The Fed baru akan turun Juni nanti dengan penurunan total tak sampai 80 basis poin sampai akhir tahun.

(rui/aji)

No more pages