Membaca Prospek Bunga The Fed Saat Inflasi AS Masih Tinggi
Tim Riset Bloomberg Technoz
01 March 2024 09:00
Bloomberg Technoz, Jakarta - Kebijakan moneter ketat yang dilangsungkan sekian lama oleh Federal Reserve, bank sentral Amerika Serikat (AS), sejak 2022 lalu, demi menjinakkan inflasi yang menggila, nyatanya belum menggoyahkan perekonomian terbesar di dunia itu.
Inflasi mungkin sudah lebih landai, akan tetapi perekonomian Amerika terlihat masih begitu perkasa sehingga otoritas moneter di negeri itu masih enggan mengambil risiko melonggarkan moneter. Pasalnya, dengan indikator memperlihatkan perekonomian dus kekuatan daya beli yang masih kuat, potensi lonjakan inflasi lebih besar masih sangat terbuka.
Pembacaan atas berbagai data terakhir yang dilansir tadi malam bisa menjadi gambaran. Pendapatan masyarakat di negeri Paman Sam masih tinggi, tapi belanja melemah dan inflasi masih kuat.
"Bila pertumbuhan pendapatan masih begitu kuat mengapa belanja lemah? Bila laju belanja tidak terlalu besar bagaimana inflasi bisa sekuat itu? Menurut kami, ada banyak faktor di sini, sisa faktor musiman dan manajemen portofolio masih memepngaruhi data inflasi begitu juga penyesuaian biaya hidup yang mendorong kenaikan pendapatan dan dampak cuaca yang berimbas pada lemahnya belanja," kata Anna Wong, Chief Economist Bloomberg Economics dan Estelle Ou, Ekonom Bloomberg untuk kawasan Amerika Serikat, dikutip, Jumat (1/3/2024).
Menurut penilaian ekonom, meski inflasi yang masih tinggi juga laju pendapatan mungkin tidak menggerakkan The Fed menimbang penurunan bunga, otoritas mungkin cenderung mengabaikan sinyal itu. "Kami masih memperkirakan The Fed akan mulai melakukan penurunan bunga mulai Mei, ini karena tingkat pengeluaran rumah tangga kami prediksi turun seiring pemburukan neraca rumah tangga dan pelemahan pasar tenaga kerja," jelas Anna.