Di pasar forward tadi malam di pasar Amerika, kontrak NDF rupiah 1 bulan ditutup di Rp15.716/US$, lebih kuat setelah empat hari berturut-turut melemah. Pagi ini, pergerakan NDF rupiah masih stabil di kisaran sama.
Secara teknikal, rupiah masih menyisakan potensi pelemahan lebih lanjut ke area Rp15.740/US$ hingga Rp15.800/US$.
Bila level support itu tertembus, rupiah terkonfirmasi makin menjauhi indikator MA-100 dan MA-50 yang jadi resistance terkuat di dalam time frame daily saat ini, di Rp15.650/US$.
Sebaliknya, apabila rupiah berhasil keluar dari tekanan dan berbalik menguat, level resistance yang menarik dicermati berada di Rp15.700/US$ dan resistance selanjutnya Rp15.670/US$. Adapun dalam tren jangka menengah (Mid-term) rupiah masih ada potensi penguatan optimis ke level Rp15.600/US$ tepat di MA-50.
Tadi malam Amerika Serikat melaporkan inflasi PCE yang menjadi favorit Federal Reserve dalam meramu kebijakan moneter, melandai di 2,4% year-on-year pada Januari dari 2,6% pada Desemver. Angka itu sesuai konsensus pasar. Sementara inflasi inti PCE Januari tercatat 2,8% year-on-year, sedikit berubah dari bulan sebelumnya di 2,9%.
Adapun secara bulanan, inflasi PCE dan inflasi inti PCE tercatat masing-masing 0,3% dan 0,4%, lebih tinggi ketimbang angka Desember yang sebesar 0,2% meskipun angka itu masih sesuai perkiraan pasar.
Sementara data lain yakni personal income dan personal spending, masing-masing tercatat naik 1% dan 0,2% pada Januari di mana pertumbuhan pendapatan pribadi lebih tinggi ketimbang perkiraan pasar. Klaim pengangguran pada pekan yang berakhir 24 Januari juga tercatat lebih tinggi sebesar 215.000 klaim dari tadinya 201.000 klaim dan lebih besar dibandingkan perkiraan pasar.
Sementara klaim pengangguran lanjutan menembus angka 1,9 juta klaim, lebih tinggi ketimbang prediksi dan melampaui angka pekan sebelumnya di 1,86 juta klaim.
Data-data itu menurut ekonom Bloomberg Economics untuk Amerika cukup sulit untuk ditarik kesimpulan. Pendapatan masyarakat masih tinggi, tapi belanja melemah dan inflasi masih kuat.
"Bila pendapatan kuat mengapa belanja begitu lemah? Bila belanja melemah bagaimana bisa inflasi masih begitu kuat? Kami menilai ada banyak faktor yang bekerja bersamaan, sisa pengaruh faktor musiman dan manajemen portofolio berdampak pada data inflasi. Biaya hidup menyetir pendapatan dan pengaruh cuaca berdampak pada belanja yang lemah," kata Anna Wong, Chief Economist Bloomberg Economics untuk kawasan Amerika Serikat.
Pasar Treasury, surat utang AS, cenderung stabil pasca pengumuman tersebut dengan UST-10Y sedikit berubah ke level 4,25%. Sedangkan indeks saham di Wall Street memecahkan rekor terutama karena NVIDIA, saham teknologi yang disebut sebagai yang paling berharga saat ini.
Gubernur The Fed San Fransisco Mary Daly berkomentar, bank sentral siap memangkas bunga bila memang dibutuhkan akan tetapi sejauh ini belum terlihat ada urgensi untuk melakukan hal itu melihat betapa kuatnya perekonomian AS sampai saat ini.
"Tidak ada risiko terhadap goyahnya perekonomian," kata Daly dalam wawancara hari Kamis bersama Bloomberg TV.
Data pasar tenaga kerja, belanja konsumen dan pertumbuhan ekonomi, menurut pejabat The Fed, masih menunjukkan perekonomian terbesar di dunia itu masih begitu perkasa.
Komentar bernada hawkish ini akan semakin memperkecil ekspektasi pelaku pasar terhadap potensi penurunan bunga acuan The Fed tahun ini. Pasar saat ini cenderung berekspektasi bunga The Fed baru akan turun Juni nanti dengan penurunan total tak sampai 80 basis poin sampai akhir tahun.
(rui)