Lonjakan Bitcoin kini mencoba mendekati posisi tertingginya sepanjang sejarah di US$69.000. Harga BTC sempat menyentuh US$64.000-an dan kemudian koreksi pada Kamis malam waktu Indonesia ke US$61.000-an.
Hingga Jumat pagi pukul 7:40 waktu Indonesia, Bitcoin bergerak melemah 0,2% dalam skala harian menjadi US$61.613,8. Bitcoin cenderung sideway dalam jam perdagangan terakhir, namun tren pergerakan sepekan terakhir masih bullish 20% dilansir dari CoinGecko.
Meski begitu level US$64.000-an yang sempat ditembus memperlihatkan pergerakan baru dalam periode lebih dari dua tahun terakhir. Laju sebulan terakhir Bitcoin bahkan telah mencatatkan kenaikan melebihi 45%, mendorong total nilai pasarnya kini di atas US$2 triliun, terjadi pertama kali dalam periode yang sama.
Dorongan kenaikan masih seputar arus dana yang masuk ke instrumen ETF Bitcoin Spot, serta pasar yang tengah mengantisipasi momentum Halving di bulan April.
Namun pendulum bisa saja mengayun ke sisi sebaliknya, pelemahan, karena masih terdapat keraguan atas masa depan ekonomi dunia termasuk pertemuan-pertemuan bank sentral AS (the Fed) soal tingkat bunga dan rilis angka produk domestik bruto (PDB) dari US Bureau of Economic Analysis.
Kelompok Optimis Sebut Sebagai Reli FOMO
Arus dana yang masuk ke ETF serta halving adalah kunci reli yang terjadi atas Bitcoin. Halving merupakan penurunan pasokan setengahnya atas aktivitas penambangan digital. Sementara arus dana masuk ke ETF mencapai US$7 miliar dalam catatan Bloomberg hingga Kamis (29/1/2024) sejak diizinkannya instrumen ini oleh Komisi Sekuritas dan Bursa (SEC).
Jonathon Miller, direktur pelaksana pertukaran aset digital Kraken Australia mengatakan bahwa, "optimisme seputar Bitcoin didorong oleh beberapa faktor yang bekerja sama: arus masuk ETF BTC spot di AS, pengurangan penerbitan Bitcoin baru yang akan datang yang dikenal sebagai halving, dan optimisme baru secara keseluruhan di sekitar kelas aset kripto secara keseluruhan."
Ryan Kim, kepala derivatif di pialang utama aset digital FalconX mendefinisikan harga Bitcoin sebagai sebuah pencapaian yang "gila", 64% penurunan pada 2022 kemudian naik lebih dari tiga kali lipat sejak awal 2024. Reli berkepanjangan menunjukkan Bitcoin telah mengalahkan instrumen konvensional seperti emas dan saham.
Saat Halving Bitcoin terjadi bulan April, jumlah pasokan koin baru terpangkas dari 900 menjadi 450. Jika permintaan tetap konstan, para pendukung memperkirakan bahwa harga memiliki ruang untuk menguat.
"Kami mulai melihat jenis reli FOMO yang cukup jelas. Semakin banyak orang yang yakin untuk membeli," kata Zaheer Ebtikar, founder Split Capital.
- Dengan asistensi Sidhartha Shukla.
(wep)